Penjualan kredit merupakan salah satu kebijakan yang dapat dipilih perusahaan dalam usaha meningkatkan volume penjualan dan juga dalam mempertahankan kelangsungan dan kesinambungan usahanya. Penjualan secara kredit ini tidak langsung menghasilkan kas, tetapi menimbulkan piutang usaha. Piutang usaha harus dikelola sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan beban ataupun kerugian bagi perusahaan, karena penjualan memegang peranan yang penting dalam perusahaan dimana harus dilakukan pengawasan yang intensif terhadap penjualan maupun piutang usaha tersebut. Hal ini dikarenakan penjulan merupakan sumber utama pemasukan perusahaan untuk membiayai kegiatan atau operasi perusahaan. Sebagai obyek penelitian skripsi, penulis memilih PT Interdesign yang bergerak dalam bidang perdagangan/distributor bahan bangunan. Dalam melakukan analisis ini penulis mengunakan analisa umur piutang (aging schedule) atas metode pencatatan piutang tak tertagih yang diterapkan oleh PT Interdesign, kemudian penulis melakukan analisa berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Berdasarkan analisis yang diperoleh penulis, penulis berkesimpulan bahwa secara umum metode pencatatan piutang tak tertagih pada PT Interdesign telah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan akun piutang usaha PT.Interdesign dalam laporan keuangan untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2006 dan 31 Desember 2007 telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Namun demikian terdapat beberapa kelemahan dari metode pencatatan piutang tak tertagih pada PT Interdesign. Kelemahan tersebut perlu diperbaiki sehingga kinerja perusahaan dapat lebih ditingkatkan. Atas kondisi-kondisi tersebut, penulis juga memberikan beberapa saran yang mungkin dapat diterapkan dalam perusahaan yang diharapkan akan bermanfaat bagi perusahaan dimasa yang akan datang. |