Ekspatriat atau Manajer Internasional disebuah perusahaan multinasional (MNC) memiliki tanggung jawab memimpin, mengawasi, serta mengendalikan. Adanya MNC dilatar belakangi oleh globatisasi yang tidak lagi menghiraukan adanya batas negara. Persaingan antar pelaku bisnis pun semakin kuat sehingga menimbulkan perdagangan internasional. Oleh sebab itu, manajer internasional (ekspatriat) dalam MNC dimana lingkungan kerjanya memiliki latar belakang budaya yang berbeda dituntut untuk memiliki keahlian berkomunikasi lintas budaya yang efektif, yaitu penerima pesan memahami sepenuhnya makna pesan yang disampaikan oleh produsen pesan dan memberikan tanggapan terhadap pesan tersebut. Berkaitan dengan proses mendelegasikan tugas, maka komunikasi lintas budaya yang dilakukan oleh ekspatriat haruslah memenuhi syarat komunikasi lintas budaya yang efektif tersebut. Untuk meneliti permasalahan yang ada, maka metodologi penelitian yang penulis gunakan adalah dengan pendekatan kualitatif sehingga dapat menghasilkan dan mengolah data yang bersifat deskriptif seperti wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. Obyek penelitian mi adalah perusahaan penerbangan Air India di Jakarta, yang merupakan salah satu perusahaan multinasional dan memiliki latar belakang dua budaya yang berbeda antara Country Manager —yang membawa budaya India dan karyawan lokal (budaya Indonesia). Sedangkan yang menjadi subyek penelitian penulis adalah Country Manager, Sales Manager, Supeivisor Ticketing & Reservation, Staff Ticketing & Reservation, serta HRD Manager. Analisis data dilakukan dengan mengumpulkan data yang berasal dan wawancara, studi kepustakaan, dan studi dokumen. Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah dan dianalisis untuk dapat menjawab masalah penelitian, sehingga dapat dengan mudah diinterpretasikan dan dibaca untuk dapat menjawab masalah penelitian. HasH penelitian yang ditemukan oleh penulis adalah budaya di lingkungan kerja Air India merupakan budaya yang orientasi kekuasaannya cenderung rendah (Low Power Distance), orientasi ketidakpastiannya cenderung rendah (Low Uncertainty Avoidance), onientasi sosialnya pun cenderung md ividualistis (Individualism), cenderung Feminism, dan orientasi jangka waktunya cenderung panjang (Long-Term Orientation). Gaya komunikasi Country Manager saat mendelegasikan tugas merupakan gaya komunikasi Low Context. Sedangkan, proses komunikasi Country Manager merupakan proses komunikasi yang efektif. Tetapi, dalam proses mendengarkan oleh karyawan lokal (penerima) masih belum efektif. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa komunikasi lintas budayanya cenderung efektif. Dalam proses pendelegasian tugas yang dilakukan oleh Country Manager dapat disimpulkan efektif. Selain itu, komunikasi lintas budaya memiliki peranan dalam pendelegasian tugas terkait dengan pengendalian yang dilakukan oleh manajer. Untuk di masa mendatang, Air India harus memperbaiki proses mendengarkan dan karyawan lokal yang masih belum efektif. |