Pembelian impulsif (impulse buying) merupakan salah satu bentuk nyata perilaku konsumen yang tidak terencana. Kecenderungan untuk melakukan impulse buying akan terus meningkat dengan semakin menjamurnya outlet modern yang berkonsep swalayan atau self-service di kota-kota besar di Tanah Air. Kegiatan pemasaran tidak hanya berhenti pada saat terjadi pembelian, melainkan berlanjut pada periode pascapembelian. Pemasar harus memantau kepuasan pascapembelian, tindakan pascapembelian, dan penggunaan produk pascapembelian. Kepuasan pascapembelian dapat diperoleh jika kinerja yang dimiliki suatu produk sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen. Konsumen akan mengalami perasaan tidak puas, kecemasan, atau ketidaknyamanan setelah melakukan pembelian dikarenakan telah mengabaikan informasi tentang produk lain ketika pengambilan keputusan yang disebut dengan istilah post purchase dissonance. Penelitian ini dilakukan penulis untuk mengetahui pengaruh impulse buying terhadap terjadinya post purchase dissonance, serta mengetahui perlakuan para responden terhadap produk yang dibeli secara impulsif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan ialah nonprobability sampling dengan menggunakan teknik sampling insidental terhadap 100 responden. Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan analisa korelasi Pearson Product Moment, dapat disimpulkan bahwa tingkat hubungan antara impulse buying dengan post purchase dissonance ialah sedang positif. Melalui analisa regresi dapat disimpulkan bahwa impulse buying memiliki pengaruh terhadap terjadinya post purchase dissonance. Mengacu pada hasil penelitian tersebut, penulis juga memberikan saran bagi PT. Hero Supermarket Tbk. untuk meningkatkan kepuasan konsumen. Di samping itu, penulis juga memberikan sejumlah saran bagi penelitian selanjutnya yang mungkin dilakukan. |