Semasa hidupnya manusia pasti mengalami masa tumbuh dan berkembang. Di masa tumbuh kembang ini individu akan melewati suatu tahapan yang dinamakan tahap dewasa muda. Pada masa dewasa muda, individu akan membina hubungan yang lebih intim dengan orang lain. Hubungan ini biasa disebut dengan istilah pacaran. Namun, ada saat-saat dimana pasangan tidak sependapat. Keadaan inilah yang dapat menimbulkan permasalahan baru, yaitu tindak Kekerasan Dalam Pacaran [KDP]. KDP ini bisa muncul dalam bentuk kekerasan fisik, emosional, dan seksual. Masih banyak korban yang enggan untuk terbuka dan melaporkan tindak KDP yang dialaminya. Kasus-kasus KDP yang masih menjadi fenomena gunung es ini menarik untuk diteliti, terutama pada wanita yang pada umumnya menjadi korban. Di Fakultas Psikologi Atmajaya sendiri, peneliti menemui beberapa kasus KDP yang korbannya masih tetap bertahan pada hubungan tersebut. Kekhasan yang dimiliki oleh fakultas ini adalah jumlah mahasiswi yang lebih banyak daripada mahasiswanya. Oleh karena itu, peneliti ingin melihat gambaran KDP pada mahasiswi Fakultas Psikologi Atmajaya. Untuk mendapatkan gambaran tersebut peneliti menggunakan alat tes The revised Conflict Tactic Scale 2 [CTS2] yang terdiri atas 5 dimensi, yaitu negotiation, psychological aggresion, physical assault, sexual coercion, dan injury. CTS2 juga dapat melihat tindak KDP dari dua sisi, yaitu sisi pelaku dan sisi korban. Karakteristik sampel pada penelitian ini adalah jenis kelamin wanita, berusia dewasa muda (18-25 tahun), terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Psikologi UNIKA Atma Jaya Jakarta, status mahasiswa aktif, pernah setidaknya satu kali menjalani hubungan pacaran dalam satu tahun terakhir, dan belum menikah. Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini adalah 102 responden. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, 63,73% dari keseluruhan responden melaporkan pernah mengalami setidaknya satu tindak KDP, 71,57% dari keseluruhan responden melaporkan pernah melakukan setidaknya satu tindak KDP kepada pasangannya, dan sebesar 56,86% dari seluruh responden memiliki peran ganda sebagai pelaku dan korban. Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswi Fakultas Psikologi lebih banyak melakukan KDP, dibanding menjadi korban KDP. Pelaku wanita pada KDP lebih banyak pada jenis kekerasan fisik dan psikologis. Sementara pada kekerasan seksual, pelaku lebih banyak pria |