Narkoba sekarang ini telah menjadi musuh yang menakutkan bagi kelangsungan hidup sebuah bangsa. Dampaknya yang menghancurkan generasi bangsa dan kerugian ekonomi yang begitu besar membuat permasalahan narkoba harus segera ditanggulangi. Di Indonesia sendiri, perkiraan jumlah penyalahguna narkoba sebesar 3,2 juta orang dan dengan angka kematian 15.000 orang per tahun (Puslitkes UI & BNN, 2004). Karena itu penting bagi kita mengetahui apa yang menjadi penyebab utama individu menyalahgunakan narkoba. Permasalahan diri individu dan lingkungan sosial (keluarga, sekolah, tempat tinggal, peer group) menjadi hal yang banyak disorot sebagai penyebab individu menyalahgunakan narkoba. Akan tetapi dalam kehidupan manusia pasti mengalami permasalahan, dan bagaimana individu menghadapi permasalahan itu dengan kemampuan yang dimilikinya merupakan hal yang harus diperhatikan sebagai prediktor individu menggunakan narkoba. Kemampuan individu di dalam mengelola emosi dan kemampuan soial dapat menjelaskan mengapa individu menyalahgunakan narkoba. Kemampuan emosi dan sosial itu oleh Bar-on (2005) disebut sebagai emotional social intelligence atau juga dikenal dengan emotional intelligence. Emotional intelligence adalah adalah serangkaian hubungan antara kompetensi emosional dan sosial, dimana kompetensi itu memfasilitasi individu agar dapat secara efektif memahami dan mengekspresikan diri, serta memahami orang lain dan berhubungan dengan mereka dan mengatasi tuntutan serta tekanan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. (Bar-On, 2005) Sejalan dengan itu, Rilley & Schutte (2003) dalam penelitiannyamenemukan bahwa prediktor penting di dalam permasalahan penyalahgunaan narkoba adalah emotional intelligence yang rendah. Sejalan dengan itu, Caruso, Mayer, dan Salovey (2000) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa emotional intelligence yang rendah berhubungan secara signifikan dengan penyalahgunaan narkoba dan alcohol, serta dapat meningkatkan perilaku menyimpang. Kemudian, selain rendahnya emotional intelligence secara keseluruhan, permasalahan penyalahgunaan narkoba pun dapat dilihat dari rendahnya dimensi dan sub dimensi yang ada dalam Bar-On Emotional Quotient Inventory (EQ-i). Selanjutnya, meskipun emotional intelligence merupakan predictor penyalahgunaan narkoba, tetapi peneliti yang meneliti permasalahan ini terlihat sangat minim. Karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan tujuan melihat profil emotional intelligence pada pecandu narkoba berdasarkan 5 skala Bar-On emotional quotient inventory (EQ-i)Berdasarkan penelitian ini, ditemukan bahwa pecandu narkoba memiliki kekurangan di beberapa sub skala yaitu sub skala self actualization, independence, stress tolerance, problem solving dan happiness. Sedangkan di sub skala lainnya pecandu narkoba memilki kemampuan yang adekuat. Dalam penelitian ini juga ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara pria dan perempuan dalam sub skala independence dan interpersonal relationship. Dimana pria lebih memiliki independensi yang lebih tinggi dibandingkan perempuan, dan perempuan memiliki interpersonal relationship yang ebih tinggi dibandingkan pria. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pecandu narkoba cenderung tidak mampu untuk mengatasi permasalahan dalam hidupnya dan juga tidak mampu untuk mentoleransi stress yang ditimbulkan dari masalah dalam hidupnya. Keadaan ini membuat pecandu sulit merasakan kebahagiaan dalam hidup dan cenderung bergantung secara emosional kepada orang lain di dalam menhadapi suatu permaslahan. Pecandu narkoba juga sulit untuk mengaktualisasikan dirinya, karena pecandu tidak memilki tujuan dan harapan yang positif dalam hidupnya. Dalam hal ini pecandu narkoba hanya memfokuskan hidupnya kepada pengadaan narkoba |