Sikap sosial anak adalah kemampuan anak untuk dapat bekerja sama, dapat berempati, dapat berinteraksi, dan dapat meniru perilaku positif serta menghindari rasa ditolak, menghindari “egosentris”, menghindari antagonisme jeriis kelamin, dan menghindari agresifitas dengan semua orang yang ditemuinya, baik yang sebaya, maupun orang yang lebih dewasa. Pada siswa SD, sikap sosial liii perlu dikembangkan karena akan berdampak pada kehidupan sosial selanjutnya. Sikap sosial anak SD didasari oleh interaksi anak dengan keluarga, serta penerapan kecenderungan pola asuh orangtuanya berdasarkan tiga pola asuh orangtua yaitu pola asuh otoriter, permisif, dan demokratis. Pola asuh adalah suatu cara yang diterapkan orangtua kepada anak dalam mengasuh dan mendidik anak agar dapat berkembang secaraoptimal. Penelitan mi mempakan penelitian deskriptif dengan tujuan mendeskripsikan sikap sosial siswa kelas 2 SD Kupu-kupu ditinjau dan kecenderungan tiga pola asuh orangtua. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas dua SD Kupu-kupu beserta orangtuanya masing-masing. Instrumen yang digunakan adalah angket yang disusun berdasarkan tiga jenis pola asuh orangtua yang masing-masing terdiri dan tiga aspek dengan lima mdikator pada masing-masing aspek, yang digunakan untuk mengetahui kecenderungan pola asuh yang diterapkan oleh orangtua terhadap anaknya, dan pada lembar observasi yang dibuat berdasarkan dua aspek dengan rincian empat indiktor untuk aspek sikap sosial dan empat indikator untuk aspek sikap anti sosial yang digunakan untuk mencatat sikap sosial yang dilakuan siswa setiap han dan hasilnya disusun dalam rekapitulasi per-minggu, per-indikator, dan rekapitulasi rerata secara keseluruhan berdasarkan rerata yang diperoleh pada setiap indikator. Hasil dan penelitian menunjukan bahwa (1) kecenderungan pola asuh yang digunakan oleh orangtua siswa kelas 2 SD Kupu-kupu adalah demokratis (78%); (2) sikap sosial pada siswa kelas 2 SD Kupu-kupu sudah cukup baik, karena sudah mencapai 68%, dan sikap anti sosial sudah cukup dapat dihindani, karena sikap anti sosial hanya mencapai 15%; (3) sikap sosial anak berdasarkan pola asuh orangtuanya padakenyataanya tidak berdampak selalu sama pada setiap anak, tetapi didukung oleh faktor-faktor lain seperti herediter, lingkungan di sekitar anak, kem~tanganfungsi organis serta psikhis, dan masing-masing individu pada din anak itu sendiri; (4) hambatan sikap sosial di kelas 2 SD Kupu-kupu, teridentifikasi pada lima orang anak dan dua puluh lima anak. Penyebab hambatan sikap sosial yang terjadi pada lima anak tersebut berbeda-beda. Jadi untuk membantu perkembangan sikap sosial anak, selain mengetahui kecenderungan pola asuh yang diterapkari oleh orangtua berdasarkan tiga pola asuh, orangtua dan guru perlu memahami latar belakang keluarga serta faktor hambatan yang mengakibatkan sikap sosial anak itu terbentuk. |