Konflik yang terjadi dalam hubungan pacaran seringkali melahirkan tindakan kekerasan yang disebut Kekerasan dalam Pacaran (KDP). KDP menimbulkan berbagai dampak negatif yang signifikan pada korbannya. Dengan adanya berbagai dampak negatif tersebut, seharusnya seorang perempuan korban KDP mempunyai cukup banyak alasan untuk mengakhiri hubungan dengan pasangannya. Namun, masih banyak korban KDP yang tetap mempertahankan hubungan mereka. Siklus KDP yang sulit dihentikan ini kiranya dapat dijelaskan dengan orientasi religiusitas korban, terutama menyangkut toleransi korban terhadap kekerasan yang dilakukan oleh pasangannya hingga akhirnya korban memaafkan pasangannya sehingga hubungan pacaran yang tidak sehat tersebut terus berlanjut. Orientasi religiusitas terdiri atas 3 dimensi, yaitu intrinsik, ekstrinsik, dan pencarian, di mana ketiga dimensi ini berdiri sendiri-sendiri, sehingga dalam penelitian ini dapat dilihat penggolongan subyek penelitian ke dalam salah satu dari ketiga dimensi tersebut. Adapun jenis penelitian ini adalah non-eksperimental yang bersifat deskriptif. Pada proses screening sampel penelitian, peneliti menggunakan kuesioner tentang KDP. Untuk melihat gambaran orientasi religiusitas ini peneliti menggunakan Skala Religious Life Inventory (SRLI). Karakteristik sampel pada penelitian ini adalah perempuan berusia 19-24 tahun yang sudah menjalani hubungan pacaran selama 6 bulan atau lebih dengan pasangannya yang melakukan tindak kekerasan terhadap dirinya dan tingkat pendidikan minimal SMA. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 72 subyek. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut. Pertama, mayoritas subyek penelitian ini memiliki orientasi religiusitas pencarian. Kedua, KDP frekuensi tinggi paling banyak ditemui pada subyek yang memiliki orientasi religiusitas pencarian. Ketiga, mayoritas subyek dalam penelitian ini mengalami 3 dimensi kekerasan sekaligus dalam hubungan pacaran mereka saat penelitian ini dilakukan, yang didominasi oleh subyek dengan orientasi religiusitas pencarian. Keempat, keempat dimensi KDP yaitu dimensi fisik, emosional, seksual, dan finansial didominasi oleh subyek yang memiliki orientasi religiusitas pencarian, sedangkan dimensi spiritual didominasi oleh subyek yang memiliki orientasi ekstrinsik. Kelima, mayoritas subyek tidak pernah mengalami kekerasan pada masa kecil dan KDP oleh pasangan sebelumnya. Keenam, mayoritas subyek yang tidak pernah mengalami KDP oleh pasangan sebelumnya rentan mengalami KDP pada tingkatan frekuensi tinggi, sedangkan mayoritas subyek yang pernah mengalami KDP oleh pasangan sebelumnya biasanya mengalami KDP pada tingkatan frekuensi rendah. Ketujuh, dimensi KDP yang paling banyak dialami subyek dalam penelitian ini adalah dimensi emosional, disusul oleh dimensi KDP lainnya secara berurutan yaitu dimensi seksual, fisik, finansial, dan spiritual. Terakhir, mayoritas subyek mengalami 3 dimensi KDP sekaligus dalam hubungan pacaran mereka saat penelitian ini dilakukan. Analisis data tambahan dengan menggunakan metode Kruskal-Wallis menunjukkan hasil-hasil sebagai berikut. Pertama, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara frekuensi KDP yang dialami dengan lama pacaran. Kedua, terdapat perbedaan yang signifikan antara frekuensi KDP yang dialami dengan jumlah dimensi KDP yang dialami. Ketiga, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara dimensi orientasi religiusitas dengan lama pacaran |