Topik kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) cukup sering dibicarakan di berbagai media di Indonesia, khususnya dalam beberapa tahun terakhir ini. Fenomena KDRT merupakan salah satu bentuk kekerasan terhadap perempuan yang seringkali terjadi di Indonesia, khususnya di Jakarta. Pada umumnya, pelaku kekerasan adalah suami dan korbannya adalah istri dan/atau anak-anaknya. Data dari beberapa LSM menunjukkan bahwa jumlah kasus KDRT di Indonesia semakin meningkat setiap tahun. Namun demikian, data-data tersebut hanya berasal dari laporan para korban ke berbagai LSM. KDRT tentunya akan berdampak negatif bagi korbannya, tidak hanya istri melainkan juga anak-anak. Maka dari itu, setiap perempuan yang mengalami KDRT pada umumnya memiliki strategi coping tersendiri dalam menghadapinya. Ada yang melapor kepada polisi, mencari bantuan dari berbagai sumber (teman, keluarga, lembaga sosial), berpisah/bercerai dengan pasangan dan lain sebagainya. Tingginya tingkat kepadatan penduduk di wilayah Kecamatan Tambora menyebabkan banyak perumahan kumuh di wilayah tersebut. Kondisi lingkungan juga menjadi kurang sehat dan cukup banyak rumah yang tidak memiliki sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) sendiri. Kondisi perumahan seperti ini dikarenakan status sosial ekonomi yang rendah. Kesulitan ekonomi tentunya dapat menjadi stressor bagi seseorang yang pada akhirnya memicu konflik dalam rumah tangga. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengalaman KDRT dan strategi coping istri di Kecamatan Tambora. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yang menggunakan gabungan dari pendekatan kuantitatif dan kualitatif untuk pengukurannya. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui gambaran pengalaman KDRT berupa frekuensi dan jenis-jenis kekerasan dengan menggunakan kuesioner The Revised Conflict Tactics Scales (CTS2). Sementara untuk mengetahui gambaran strategi coping istri korban KDRT digunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara semi terstruktur. Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah istri berusia 18 tahun ke atas, minimal lulus SMP dan tinggal di Kecamatan Tambora. Jumlah sampel penelitian sebanyak 102 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar sampel penelitian (67%) mengalami KDRT dalam kurun waktu setahun terakhir ini. Hasil wawancara terhadap 7 responden menunjukkan bahwa mayoritas korban KDRT tersebut menggunakan strategi mencari bantuan informal dengan cara memberitahu orang lain tentang kekerasan (teman, keluarga, ipar, tetangga). Sementara lainnya ada yang melapor kepada polisi, meminta bantuan profesional di bidang kesehatan mental, meninggalkan lokasi kekerasan dan sebagainya |