Anda belum login :: 23 Nov 2024 04:14 WIB
Home
|
Logon
Hidden
»
Administration
»
Collection Detail
Detail
Gambaran Self-Liking dan Self-Competence pada remaja putri Berusia 16 – 22 tahun yang Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran
Bibliografi
Author:
VALENSIA, VIKA
;
Sukmaningrum, Evi
(Advisor)
Topik:
Self-Liking
;
Self-Competence
Bahasa:
(ID )
Penerbit:
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Tempat Terbit:
Jakarta
Tahun Terbit:
2009
Jenis:
Theses - Undergraduate Thesis
Fulltext:
Vika Valensia's Undergraduate Theses.pdf
(475.92KB;
114 download
)
Ketersediaan
Perpustakaan Pusat (Semanggi)
Nomor Panggil:
FP-1323
Non-tandon:
tidak ada
Tandon:
1
Lihat Detail Induk
Abstract
Masa remaja memegang peranan penting dalam kehidupan seorang manusia. Pada masa remaja, seseorang belajar untuk menjalin hubungan interpersonal yang lebih matang dan intim dengan teman lawan jenisnya atau yang disebut dengan berpacaran. Hubungan berpacaran dapat memberikan efek positif dan efek negatif. Efek positif yang membangun seperti perkembangan kompetensi interpersonal
dan keintiman, sebagai rekreasi dan hiburan, peningkatan self-esteem, peningkatan status dalam pergaulan teman sebaya, perkembangan sikap mandiri, peran gender (gender role), dan pemilihan teman hidup. Efek negatif adalah kebalikan dari halhal di atas, seperti misalnya self-esteem yang menjadi negatif, perasaan tertekan dan terkukung, dan lainnya. Efek negatif dari berpacaran muncul ketika hubungan berpacaran yang terjadi tidak sehat. Hubungan yang tidak sehat yang diwarnai dengan kekerasan disebut juga dengan kekerasan dalam pacaran. Kekerasan dalam pacaran dapat mempengaruhi perkembangan self-esteem seseorang. Menurut Tafarodi ada dua dimensi dari self-esteem yakni self-liking dan selfcompetence. Penelitian ini ingin melihat bagaimana gambaran self-liking dan selfcompetence pada remaja putri yang mengalami kekerasan dalam pacaran. Selfliking adalah bagaimana seseorang menilai pengalamannya sebagai obyek sosial, apakah dirinya orang baik atau buruk berdasarkan kriteria kebaikan yang terinternalisasi dalam dirinya. Self-competence adalah bagaimana seseorang menilai dirinya sebagai obyek pelaku apakah dirinya mampu atau tidak mampu dalam mencapai suatu tujuan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan sampel remaja putri berusia 16 sampai dengan 22 tahun yang sedang mengalami kekerasan dalam pacaran. Untuk mengetahui apakah subyek mengalami kekerasan dalam pacaran, peneliti menggunakan alat ukur kekerasan dalam pacaran yang dikembangkan oleh peneliti dan rekan peneliti sebagai alat screening. Sedangkan, nilai dari self-liking dan self competence pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan alat ukur Self-Liking and Self-Competence Scale – Revised dari Tafarodi dan Swann. Dari 137 remaja putri yang berusia 16 sampai dengan 22 tahun, terdapat 130 subyek yang mengalami kekerasan dalam pacaran dan 7 subyek yang tidak mengalami kekerasan dalam pacaran. Dari 130 subyek terdapat 117 subyek yang memiliki skor self-liking yang tinggi dan 13 subyek yang memiliki skor self-liking yang rendah. Dari 130 subyek yang mengalami kekerasan, sebanyak 87 subyek memiliki skor self-competence yang tinggi dan sebanyak 43 subyek yang memiliki skor self-competence yang rendah. Mayoritas subyek memiliki skor selfliking dan self-competence yang tinggi.Hal lain yang ditemukan pada penelitian ini antara lain subyek kekerasan dalam pacaran paling banyak berusia 17 tahun. Selain itu juga ditemukan bahwa pada semua subyek terjadi kekerasan psikologis, diikuti dengan kekerasan fisik, kekerasan seksual, kekerasan ekonomi, dan kekerasan spiritual. Keterbatasan yang terdapat pada penelitian ini antara lain pada saat pengujian validitas, dua item dari dimensi self-competence pada alat ukur Self-Liking and Competence Scale- Revised tereliminasi yang membuat item berkurang sebanayk 25%, dan juga koefisien reliabilitas dimensi self-competence sebesar 0,655 yang berarti alat ukur dimensi self-competence reliabilitasnya tidak terlalu baik. Keterbatasan lainnya adalah peneliti tidak mengkontrol variabel-variabel lain yang mungkin saja berpengaruh pada self-liking dan self-competence subyek seperti misalnya kebudayaan, dukungan sosial, dan sebagainya
Opini Anda
Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!
Lihat Sejarah Pengadaan
Konversi Metadata
Kembali
Process time: 0.203125 second(s)