Malaria merupakan salah satu penyakit endemik yang melanda dunia, termasuk Indonesia. Sejak klorokuin digunakan sebagai pengobatan umum selama 3 dekade, malaria tetap ada bahkan semakin parah dengan munculnya resistensi terhadap klorokuin. Mutasi genetik pada gen Pfcrt dihubungkan dengan resistensi klorokuin pada P. falciparum. Sekarang ini, berbagai macam haplotipe telah ditemukan berkaitan dengan resistensi klorokuin. Pada penelitian ini, sampel darah diamplifikasi dengan primer spesifik alel Pfcrt, dan deteksi haplotipe dilakukan oleh Luminex dengan tahapan ASPE untuk penentuan haplotipe wild type (CMNK) atau haplotipe mutan (SIET). Sebanyak 84 sampel dapat diidentifikasi haplotipenya dengan Luminex, yakni 63% haplotipe S-NT, 21% ---T, 8% C---, 2% S--T, dan 1% masing-masing untuk C-NT, C--T, C--K, dan –IET. Perbandingan antara hasil Luminex assay dan PCR-RFLP untuk kodon 76 menunjukan 100% kesamaan. Selain itu, penelitian ini juga mengindikasikan bahwa sampel Sumba memiliki haplotipe yang berbeda dibandingkan dengan strain Brazil dimana sekuennya digunakan dalam endesain primer ASPE. |