Pastor memiliki tugas mengajar, menguduskan, dan memimpin umat. Secara praktis, hidup selibat dapat menunjang keleluasaan pastor menjalankan tugas-tugasnya. Namun hidup selibat membatasi hubungan afeksional dengan lawan jenis. Menurut Wijaya (2005), hubungan afeksional berpeluang terjalin antara pastor sebagai konselor dengan konseli wanita. Hubungan afeksional yang terlalu mendalam dengan lawan jenis tidaklah sesuai dengan hidup selibat. Penelitian ini mencoba mengeksplorasi kecakapan yang dibutuhkan pastor sebagai konselor dalam menyikapi peluang terjalinnya hubungan afeksional dengan konseli wanita. Dalam penelitian kualitatif ini, dilakukan wawancara terhadap delapan subjek penelitian. Hasil penelitian memperlihatkan pembekalan konseling bagi calon pastor lebih bersifat teoritis daripada pelatihan. Oleh sebab itu disusunlah modul pelatihan untuk trainer dengan materi pelatihan kecakapan mengenal diri sendiri, keterampilan berempati sewajarnya, dan bersikap asertif dalam konseling. |