Informasi pada model layanan best effort, disampaikan dengan usaha sebaik mungkin tanpa adanya jaminan Quality of Service (QoS). Model layanan best effort diterapkan dalam internet, namun trafik jaringan perlu diperhatikan dengan mempertimbangkan jumlah pengguna pada saat perancangan jaringan. Apabila jumlah pengguna melebihi kapasitas yang disediakan jaringan, maka kongesti akan terjadi. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penanganan kongesti. Penanganan kongesti biasanya dilakukan di node dan router. Penanganan kongesti di router, dilakukan dengan menggunakan algoritma manajemen antrian aktif seperti Random Early Detection (RED) dan blue. Sehingga pada tugas akhir ini akan disimulasikan sistem manajemen antrian aktif blue pada model layanan best effort menggunakan Network Simulator-2 (NS-2) dengan mengubah-ubah nilai freeze time, d1, d2 dan bitrate. Dan indikator kinerja yang dievaluasi pada sistem manajemen antrian aktif blue adalah throughput dan paket drop rata-rata. Dari serangkaian simulasi yang dilakukan terlihat bahwa jika nilai freeze time semakin kecil sedangkan nilai d1, d2 dan bit rate tetap akan menghasilkan throughput yang semakin baik dan jumlah paket drop ratarata akan menjadi sedikit, dengan catatan nilai d2 lebih besar dari d1. Bila nilai d1 bertambah besar sedangkan nilai freeze time, d2 dan bit rate tetap akan menghasilkan throughput yang semakin tidak baik dan jumlah paket drop rata-rata akan menjadi semakin besar. Sedangkan bila nilai d2 bertambah besar dengan nilai freeze time, d1 dan bit rate tetap akan menghasilkan throughput yang semakin baik dan jumlah paket drop rata-rata akan menjadi semakin kecil. Jika bit rate bertambah besar sedangkan nilai freeze time, d1 dan d2 tetap akan diperoleh throughput yang semakin baik dan jumlah paket drop rata-rata akan menjadi semakin kecil |