Pada masa remaja, individu dihadapkan pada serangkaian hambatan dan tantangan masa perkembangan (Frydenberg, 1997). Dalam menjalankan tugas perkembangannya, peran ayah dan ibu sangat penting dibutuhkan bagi seorang remaja. Ayah dan ibu sebagai orang tua di dalam suatu ikatan pernikahan tidak selamanya berlangsung langgeng sampai hayat. Kematian orang tua merupakan salah satu dari tiga hal yang membuat stres bagi remaja selain perceraian dan konflik dengan orang tua (Elkind dalam Frydenberg, 1997). Ada empat tahap berduka yang biasanya dilalui oleh seseorang yang kehilangan orang yang dikasihinya (Greenbalt et al. dalam Feldman, 1989), antara lain perasaan shock dan denial, distress, resume dan yang terakhir mengembangkan identitas baru. Seseorang yang kehilangan pasangannya, kemungkinan akan menikah kembali (remarriage) sehingga anak mempunyai tugas tambahan untuk dapat hidup bersama orang tua tiri (Cherlin & Mc Carthy, Peterson & Zili, dalam Rice, 1996). Tugas perkembangan yang harus dihadapi remaja membuat mereka sulit menerima kehadiran orang tua tiri sebagai anggota keluarga (Hatherington, 1989 ; Pink & Wampler, 1985). Anak biasanya menghadapi remarriage yang dilakukan orang tua dengan perasaan cemas daripada perasaan senang (Zanden, 1993). Hal inilah yang menjadikan anak perlu menyesuaikan diri terhadap karakteristik individu yang baru di tengah-tengah keluarganya. Penyesuaian diri terdiri dari dua macam proses yaitu menyesuaikan diri pada situasi yang telah terberi dan mengubah situasi agar sesuai dengan kepentingan seseorang (Lazarus, 1976). Peneliti akan menggunakan karakteristik penyesuaian diri yang efektif berdasarkan teori Haber & Runyon (1984) untuk mendapatkan gambaran penyesuaian diri remaja putra di dalam keluarga tiri, antara lain accurate perception of reality, ability to cope with stress and anxiety, positive self-image, ability to express feelings, dan good interpersonal relationship. Penelitian ini bertujuan untuk melihat secara mendalam bagaimana dinamika penyesuaian diri remaja putra yang tinggal di dalam keluarga tiri sehingga pendekatan kualitatif merupakan metode yang paling sesuai untuk penelitian ini, karena dengan metode kualitatif peneliti bisa mendapatkan pemahaman yang mendalam dan khusus atas fenomena tersebut, serta dapat memahami manusia dalam segala kompleksitasnya sebagai mahkluk yang subjektif (Poerwandari, 1998). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode theory-based / operational construct sampling, karena sampel yang dipilih akan mengikuti kriteria tertentu berdasarkan teori atau konstruk operasional sesuai tujuan penelitian. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa dinamika remaja putra yang tinggal di dalam keluarga tiri dimulai ketika ibu kandung meninggal, kemudian proses pembentukan keluarga tiri, hingga penyesuaian diri remaja putra terhadap ibu tiri sampai saat ini. Gambaran dinamika yang dialami kedua subjek berbeda karena latar belakang yang berbeda pula, dan dipengaruhi oleh beberapa hal seperti pengetahuan subjek akan kehilangan yang dialami, sereotype subjek mengenai ibu tiri, dan peran aktif ayah. Pencapaian tahap berduka yang dialami, proses pembentukan keluarga tiri, dan masalah-masalah yang timbul di dalam keluarga tiri kedua subjek berbeda. Namun, kedua subjek memiliki kesamaan dalam hal karakteristik penyesuaian diri yang efektif, mulai dari karakteristik pertama hingga karakteristik keempat. Pada karakteristik kelima terdapat perbedaan antara kedua subjek. Perbedaan karakteristik kelima ini dipengaruhi oleh karakter dari ibu tiri serta karakter kedua subjek. Dari hasil penelitian yang didapat, peneliti menyarankan beberapa hal yang dapat digunakan untuk penelitian serupa berikutnya. Penelitian berikutnya diharapkan dapat mempertimbangkan kesulitan mendapatkan subjek sesuai kriteria sehingga peneliti diharapkan dapat menyediakan waktu yang lebih panjang untuk penelitiannya agar penelitian yang dilakukan lebih optimal. |