Anda belum login :: 23 Nov 2024 04:00 WIB
Home
|
Logon
Hidden
»
Administration
»
Collection Detail
Detail
Perbedaan Sikap antara Orangtua dari Anak Reguler dengan Orangtua dari Anak Berkebutuhan Khusus terhadap Pendidikan Inklusi
Bibliografi
Author:
ANDRIANI, LEONITA
;
Purwanti, Margaretha
(Advisor);
Widyawati, Yapina
(Advisor)
Topik:
Sekolah Inklusi
;
Sekolah Inklusi
Bahasa:
(ID )
Penerbit:
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Tempat Terbit:
Jakarta
Tahun Terbit:
2008
Jenis:
Theses - Undergraduate Thesis
Fulltext:
Leonita Andriani Undergraduated Theses.pdf
(330.72KB;
154 download
)
Ketersediaan
Perpustakaan Pusat (Semanggi)
Nomor Panggil:
FP-1201
Non-tandon:
tidak ada
Tandon:
1
Lihat Detail Induk
Abstract
Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi setiap anak, baik anak reguler maupun anak berkebutuhan khusus. Anak reguler, yang memiliki kondisi mental dan fisik relatif baik, dapat masuk di sekolah reguler manapun. Berbeda dengan anak berkebutuhan khusus, yang mengalami kekurangan harus masuk ke Sekolah Luar Biasa (SLB). Permasalahannya adalah jumlah SLB terbatas dan bagi orangtua dari anak berkebutuhan khusus dengan keterbatasan ekonomi, masuk SLB menjadi mahal. Sedangkan sekolah reguler pun menolaknya dengan alasan keterbatasan fasilitas. Oleh karena itu, pemerintah membentuk pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus berupa pelayanan pendidikan inklusi. Dalam pendidikan inklusi ini, faktor pendukung yang penting adalah sikap orangtua. Sikap orangtua ini diwujudkan dalam bentuk peran sertanya terhadap perkembangan pendidikan inklusi. Hal itu penting karena peran orangtua dapat mempengaruhi segala hal, terutama bagi perkembangan pendidikan anak reguler dan anak berkebutuhan khusus. Sikap yang diberikan orangtua dalam pendidikan inklusi dapat beranekaragam (positif dan negatif) dan dapat berbeda antara orangtua dari anak reguler maupun orangtua dari anak berkebutuhan khusus. Oleh karena perwujudan sikap orangtua sangat penting bagi kesuksesan pendidikan inklusi, maka peneliti ingin melihat apakah terdapat perbedaan sikap antara orangtua dari anak reguler dengan orangtua dari anak berkebutuhan khusus terhadap pendidikan inklusi. Untuk melihat perbedaan sikap ini, peneliti menggunakan skala sikap Likert dengan mengambil sampel orangtua dari anak kelas 1 sampai 3 SD inklusi negeri. Jumlah sampel yang digunakan adalah 70 orangtua dari anak reguler dan orangtua dari anak berkebutuhan khusus. Sekolah Dasar inklusi yang digunakan terdapat di daerah Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Jakarta Pusat. Alat ukur sikap atau kuesioner yang dibuat mengacu pada teori sikap Aronson et al (2004). Kuesioner yang dibuat terdiri dari beberapa objek sikap, yaitu siswa, orangtua, sekolah, dan masyarakat. Kuesioner terdiri dari 30 pernyataan dimana setiap objek sikap diwakili oleh domain afektif, kognitif, dan konatif. Berdasarkan hasil penelitian ini, didapat bahwa secara umum sikap orangtua terhadap pendidikan inklusi cenderung positif. Selain itu, dari uji t test didapat bahwa tidak terdapat perbedaan sikap antara orangtua dari anak reguler dengan orangtua dari anak berkebutuhan khusus terhadap pendidikan inklusi. Secara umum, gambaran sikap orangtua yang cenderung positif pada orangtua dari anak reguler maupun orangtua dari anak berkebutuhan khusus dikarenakan orangtua sudah memasukkan anak-anaknya ke sekolah inklusi dan terbukti selama kurang lebih 3 tahun, anak-anaknya tidak mengalami masalah. Sedangkan, tidak adanya perbedaan sikap ini dapat dikarenakan orangtua kurang memiliki pengetahuan terhadap pendidikan inklusi. Selain itu, orangtua memasukkan anak-anaknya ke sekolah inklusi bukan karena sekolah tersebut menerapkan pola inklusi. Orangtua memasukkan anak-anaknya ke sekolah inklusi atas dasar kemudahan akses dan kualitas sekolah. Oleh karena itu, peneliti memberikan saran agar sekolah tetap memberikan pengetahuan yang cukup mengenai pendidikan inklusi kepada para orangtua. Hal itu dilakukan agar orangtua benar-benar memiliki sikap yang positif terhadap sekolah inklusi bukan karena kemudahan akses atau kualitas sekolah saja, tetapi juga pola inklusi yang diterapkan sekolah.
Opini Anda
Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!
Lihat Sejarah Pengadaan
Konversi Metadata
Kembali
Process time: 0.171875 second(s)