Anda belum login :: 23 Nov 2024 03:55 WIB
Detail
BukuPerbedaan Konsep Diri Remaja Laki-laki dan Remaja Perempuan Penyandang Tuna Daksa (Penelitian Pada Remaja Akhir)
Bibliografi
Author: PRADNYA, BETA ADISTIANA ; Purwanti, Margaretha (Advisor); Widyawati, Yapina (Advisor)
Topik: Konsep Diri; Remaja
Bahasa: (ID )    
Penerbit: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya     Tempat Terbit: Jakarta    Tahun Terbit: 2008    
Jenis: Theses - Undergraduate Thesis
Fulltext: Beta Adistiana Pradnya Undergraduated Theses.pdf (352.07KB; 154 download)
Ketersediaan
  • Perpustakaan Pusat (Semanggi)
    • Nomor Panggil: FP-1189
    • Non-tandon: tidak ada
    • Tandon: 1
 Lihat Detail Induk
Abstract
Pada remaja penyandang tuna daksa, tugas perkembangan dalam hal berinteraksi dengan lingkungan sosial menjadi terhambat. Mereka sulit untuk berinteraksi dan menjalin hubungan interpersonal yang baik karena adanya diskriminasi dari masyarakat yaitu dengan mengucilkan mereka dari lingkungan sosialnya. Hal ini dapat mempengaruhi proses pembentukkan konsep diri mereka sebagai remaja tuna daksa. Konsep diri merupakan hasil persepsi individu terhadap dirinya (Fitts, 1971). Selain dipengaruhi oleh keterbatasan fisik, konsep diri pada remaja penyandang tuna daksa juga dipengaruhi oleh adanya faktor perbedaan jenis kelamin (Bracken, 1996). Remaja laki-laki dan remaja perempuan mempunyai pandangan yang berbeda dalam melihat diri mereka sebagai suatu individu, sehingga konsep diri yang terbentuk pun berbeda. Maka penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan konsep diri antara remaja laki-laki dan remaja perempuan penyandang tuna daksa. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan jumlah sampel penelitian adalah 70 orang, yaitu 35 orang remaja laki-laki dan 35 orang remaja perempuan penyandang tuna daksa. Rentang usia sampel berkisar antara 15 sampai 21 tahun (tahap akhir remaja). Teknik pengambilan sampel adalah dengan teknik non probability yaitu accidental sampling. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner untuk mengukur konsep diri yang digunakan adalah alat ukur Tennessee Self Concept Scale (TSCS) dari William H. Fitts (1971). Alat ukur TSCS ini tidak menghasilkan skor total untuk konsep diri tetapi berupa skor-skor yang menggambarkan empat aspek konsep diri, yaitu aspek harga diri, aspek kritik diri, aspek integrasi diri, dan aspek keyakinan diri.integrasi diri, dan aspek keyakinan diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada aspek harga diri dan aspek keyakinan diri antara remaja laki-laki dan remaja perempuan penyandang tuna daksa. Sedangkan pada aspek kritik diri dan integrasi diri tidak terdapat perbedaan antara remaja laki-laki dan remaja perempuan penyandang tuna daksa. Apabila dilihat dari penyebaran perbedaan skor harga diri terlihat bahwa remaja lakilaki penyandang tuna daksa mayoritas berada pada golongan tinggi, sedangkan pada remaja perempuan penyebarannya cukup banyak berada pada golongan sedang dan golongan rendah. Untuk aspek kritik diri, terlihat bahwa remaja laki-laki penyandang tuna daksa mayoritas berada pada golongan sedang, dan remaja perempuannya mayoritas berada pada golongan rendah. Selanjutnya pada aspek integrasi diri, terlihat bahwa remaja laki-laki penyandang tuna daksa mayoritas berada pada golongan sedang dan golongan rendah, sedangkan untuk remaja perempuan penyebarannya mayoritas justru berada pada golongan sedang hingga golongan tinggi. Pada aspek keyakinan diri, remaja laki-laki penyandang tuna daksa penyebarannya mayoritas berada pada golongan sedang hingga golongan tinggi, sedangkan untuk remaja perempuan penyebarannya mayoritas berada pada golongan sedang hingga golongan
rendah.
Saran yang diberikan peneliti untuk penelitian selanjutnya adalah sebaiknya
menggunakan metode wawancara sebagai metode tambahan sehingga dapat digali
lebih mendalam mengenai bagaimana persepsi dan penilaian mereka terhadap dirinya
agar data yang diperoleh menjadi lebih mendalam dan juga dapat mendukung data
dari kuesioner. Khususnya untuk remaja perempuan yang berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa mereka tergolong rendah pada aspek kritik diri, dengan
dilakukannya wawancara maka nantinya peneliti dapat memperoleh data yang lebih
mendalam antara lain mengenai faktor-faktor penyebab rendahnya aspek kritik diri
mereka, bagaimana sikap mereka dalam menerima kritik dari orang lain, dan lain
sebagainya yang berkaitan dengan aspek kritik diri tersebut. Sedangkan saran praktis
yang dapat diberikan melalui penelitian ini yaitu masyarakat diharapkan agar dapat
menerima, memperhatikan serta memperlakukan secara wajar terhadap para remaja
penyandang tuna daksa. Masyarakat sebaiknya tidak membeda-bedakan peranan
antara remaja perempuan dan remaja laki-laki penyandang tuna daksa, sebab adanya
diskriminasi dari masyarakat tersebut dapat mempengaruhi konsep diri yang
terbentuk dalam diri mereka sehingga dapat mengganggu fungsi sosial mereka di
masyarakat.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Lihat Sejarah Pengadaan  Konversi Metadata   Kembali
design
 
Process time: 0.375 second(s)