Penelitian ini dilakukan di PT.T area kantor daerah komunikasi (Kandatel) Tangerang. Persaingan perusahaan jasa komunikasi yang semakin ketat membuat mereka berusaha untuk saling memperebutkan dan mempertahankan pelanggannya. Salah satu cara yang diambil adalah dengan menguatkan jasa customer services. Bagian yang berhubungan langsung dengan pelanggan, yang sering disebut sebagai front liner, pada PT.T merupakan tenaga kontrak. Salah satu kelemahan tenaga kontrak adalah performa kerja yang kurang stabil untuk jangka waktu yang lama karena tingkat kesejahteraan mereka yang terbatas. Salah satu hal yang dapat menjadi penyebabnya adalah variasi pekerjaan yang monoton. Ketika mereka mulai merasa jenuh, partisipasi keterlibatannya, baik secara fisik maupun psikologis, terhadap pekerjaannya akan menurun.Sebagai akibatnya, hal tersebut dapat mempengaruhi pandangan pelanggan terhadap image perusahaan. Peneliti kemudian ingin melihat bagaimana hubungan antara kualitas kehidupan kerja dengan keterlibatan kerja pada staf front liner PT.T kandatel Tangerang. Pada kualitas kehidupan kerja, terdapat sepuluh faktor yang akan diuji hubungannya dengan keterlibatan kerja. Faktor tersebut adalah kompensasi yang adil dan memadai, lingkungan fisik, variasi dalam pekerjaan, pertumbuhan dan perkembangan dalam pekerjaan, rasa aman, supervisi, partisipasi, integrasi sosial, keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan di luar kerja, serta relevansi sosial dari pekerjaan. Dari faktor-faktor tersebut akan dilihat faktor mana yang memiliki hubungan positif yang signifikan dengan keterlibatan kerja. Analisis data dengan menggunakan perhitungan korelasi Pearson Product Moment menunjukkan bahwa kualitas kehidupan kerja tidak memiliki hubungan positif signifikan dengan keterlibatan kerja pada staf front liner PT.T Kandatel Tangerang. Hanya faktor pertumbuhan dan perkembangan dalam pekerjaan dari kualitas kehidupan kerja yang memiliki korelasi signifikan positif dengan keterlibatan kerja. Proses identifikasi dan keterlibatan staf front liner PT.T mungkin lebih didukung oleh hal-hal yang berhubungan langsung dengan Isi dari pekerjaannya. Hal-hal mengenai gaji, hubungan sosial dengan rekan kerja dan lain-lain menjadi kurang penting dan tidak begitu berpengaruh terhadap keterlibatan kerjanya karena faktor tentang kesejahteraan bukan merupakan pertimbangan mereka dalam memilih pekerjaan tersebut. Tampaknya pertumbuhan dan pengembangan diri merupakan kebutuhan yang selalu ditemui ada dan cukup besar, terlepas dari status dan pekerjaannya, pada diri karyawan. Pelatihan dan seminar yang berkala dan konsisten hendaknya menjadi pertimbangan perusahaan untuk meningkatkan kompetensi dan pengembangan diri karyawan dan juga tingkat keterlibatan kerjanya. Dengan memakai norma within group yang membagi skor subjek menjadi lima golongan, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi, didapatkan bahwa skor kualitas kehidupan kerja cenderung rendah dengan proporsi paling banyak di golongan sangat rendah dan skor keterlibatan kerja cenderung tinggi dengan proporsi paling banyak di golongan tinggi. Berdasarkan skor rata-rata per orang untuk setiap faktor kualitas kehidupan kerja, didapat bahwa item-item dalam faktor rasa aman dan faktor kompensasi yang adil dan memadai dari kualitas kehidupan kerja dipersepsi tidak sesuai dengan kondisi di tempat kerja oleh staf front liner. Faktor integrasi sosial dari kualitas kehidupan kerja memiliki rata-rata skor paling tinggi dibandingkan dengan faktor-faktor dari kualitas kehidupan kerja yang lain dan dipersepsi sesuai dengan kondisi di tempat kerja oleh staf front liner. |