Integritas merupakan aspek yang penting dalam menjalankan suatu perusahaan. Tanpa adanya integritas dalam setiap diri karyawan, perusahaan tidak akan mampu mencapai keberhasilan. Integritas adalah ketaatan yang kuat pada nilai moral yang menggambarkan benar dan salah pada kehidupan individu. Integritas itu sendiri dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah nilai, sikap, dan kepercayaan, sedangkan faktor eksternal adalah norma, kesempatan, dan adanya reward dan punishment. Dalam PT.TAKAGAMA terjadi permasalahan mengenai integritas, antara lain, karyawan yang sering terlambat masuk kerja, tidak masuk kerja tanpa alas an yang jelas, melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan job description, dan keluar-masuk kantor tetapi tidak sesuai dengan peraturan. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi integritas adalah adanya reward dan punishment. Selama ini peraturan mengenai reward dan punishment dijalankan oleh perusahaan. Karyawan menerima reward dan punishment, walaupun terkadang reward yang diberikan tidak tepat pada waktunya, dan atasan sering memarahi karyawan padahal ia tidak melakukan kesalahan. Hal ini berdampak pada persepsi karyawan mengenai reward dan punishment itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti ingin melihat apakah ada hubungan persepsi terhadap reward dan punishment dengan integritas pada karyawan PT.TAKAGAMA. Untuk melihat hubungan ini peneliti menggunakan dua kuesioner, yaitu kuesioner overt integrity yang disusun oleh Hoffman dan kuesioner persepsi terhadap reward dan punishment yang disusun oleh peneliti sendiri. Karakteristik sampel pada penelitian ini adalah pria dan wanita yang memiliki usia berkisar 20- 60 tahun dan memiliki latar pendidikan yang beragam, tamat SLTA sampai dengan S2. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT.TAKAGAMA yang berjumlah 60 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara persepsi terhadap reward dan punishment dengan integritas pada karyawan PT.TAKAGAMA. Tingkat persepsi karyawan terhadap reward dan punishment cenderung sedang, sedangkan tingkat overt integrity karyawan sedang cenderung rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua reward dan punishment dapat mempengaruhi integritas seseorang. Akan tetapi dari hasil tambahan diperoleh beberapa dimensi reward dan punishment yang memiliki hubungan dengan integritas, yaitu promosi, pemberian sertifikat / penghargaan, pemotongan upah, dan teguran tertulis. Sesuai dengan teori Maslow, promosi dan pemberian sertifikat / penghargaan mampu memenuhi kebutuhan akan harga diri seseorang. Oleh karena itu, dengan karyawan mempersepsikan bahwa kedua dimensi reward tersebut berguna bagi dirinya, maka ia membentuk perilaku integritas. Lain halnya dengan punishment, berdasarkan teori Skinner, punishment diberikan untuk mengurangi dan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Dengan tingkat persepsi yang tinggi terhadap kedua dimensi punishment ini, maka karyawan menganggap bahwa punishment tersebut berguna bagi dirinya dan membentuk perilaku integritas. |