Remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan dalam beberapa aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Pada masa remaja, individu melakukan penyesuaian sosial kepada individu lain atau kelompok agar dapat diterima oleh indifidu dan menjadi bagian dalam kelompok. Penyesuaian sosial adalah kemampuan individu untuk melakukan kontak sosial dan berperilaku dalam berbagai situasi sosial. Tuna netra terdiri dari dua kata, yaitu tuna yang berarti tidak memiliki atau tidak berfungsi/ rusak, dan netra yang berarti penglihatan. Tuna netra merupakan suatu keadaan penglihatan seseorang yang kurang atau bahkan tidak berfungsi secara baik. Dalam proses penyesuaian sosial, ternyata individu mengalami berbagai macam hambatan. Salah satu hambatan yang terjadi pada individu adalah terlahir dengan hambatan penglihatan, atau mempunyai orang tua dengan kondisi mata tuna netra, atau remaja dengan kondisi mata normal namun memiliki orang tua dengan kondisi mata tuna netra. Penyesuaian sosial remaja dengan kondisi mata normal dan tuna netra dengan latar belakang kedua orang tua tuna netra, diteliti melalui empat aspek yaitu penampilan nyata, penyesuaian diri dalam kelompok, sikap sosial dan kepuasan diri. Subjek penelitian diperoleh dari sepuluh pasangan tuna netra yang mempunyai anak dengan kondisi mata normal dan tuna netra sebanyak 19 anak. Dari 19 anak tersebut, peneliti hanya memilih anak yang berusia remaja antara 11-21 tahun yaitu sebanyak 6 orang. Yayasan Mitra Netra Jakarta memberikan rekomendasi kepada peneliti untuk meneliti 3 remaja, yaitu: 2 remaja normal dan 1 remaja tuna netra dengan orang tua tuna netra, yang diduga mengalami hambatan dalam penyesuaian sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah remaja tuna netra dengan orang tuanya tuna netra merasa dirinya tidak bersyukur, merasa tertekan, pesimisis, dan apakah remaja normal yang memiliki orang tua tuna netra merasa malu, minder, tidak percaya diri atau justru merasa bangga dengan keadaan orang tua mereka yang tuna netra? Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dengan jenis penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data, menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyesuaian sosial remaja dengan kondisi mata normal dan tuna netra dengan orang tua tuna netra, sangat ditentukan oleh kontribusi positif dari lingkungan keluarga dalam menerima keberadaan diri remaja tersebut sebagaimana adanya. Trauma masa kecil pada remaja dengan kondisi mata normal dan tuna netra dengan kedua orang tua tuna netra, dapat menimbulkan kecenderungan remaja untuk tidak mampu bersosialisasi secara baik terhadap lingkungan sosialnya. Dari hasil penelitian terhadap ketiga kasus, penyesuaian sosial pada remaja baik normal maupun tuna netra, sangat ditentukan oleh bagaimana dukungan baik secara mental maupun emosional dalam pergaulan di tengah-tengah masyarakat dari keluarga dan lingkungan masyarakat. Berdasarkan penelitian yang suda dilakukan, peneliti berharaap bahwa orang tua tuna netra dapat mempersiapkan anak-anak yang beranjak ke masa remaja agar mempu menerima keberadaan orangtuanya. Peneliti juga berharap bahwa masyarakat dapat memberikan dukungan moral kepada anak remaja normal dan rumaja tuna netra dengan kedua orangtua tuna netra untuk dapat mengaktualisasikan diri, dan membuktikan bahwa menjadi anak dari pasangan tuna netra bukanlah suatu musibah, melainkan sebuah tantangan yang harus dihadapi |