Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) banyak menimpa perempuan. Hal ini disebabkan karena masyarakat masih dipengaruhi oleh budaya patriarki di mana perempuan memiliki kedudukan tidak setara dengan laki-laki dalam wilayah domestik. Oleh karena itu, perempuan sering mendapatkan perilaku yang tidak sepantasnya dari laki-laki. Seringkali laki-laki melakukan tindak kekerasan pada perempuan di dalam rumah tangga yang disebut sebagai KDRT. Laki-laki melakukan kekerasan baik fisik maupun non fisik kepada perempuan di dalam rumah tangga. Akibatnya perempuan sebagai korban KDRT mengalami luka fisik, gangguan kesehatan, dan yang paling parah yaitu korban KDRT mengalami trauma dan depresi sehingga membutuhkan penanganan yang lebih serius. Salah satu penanganan untuk mengatasi dampak psikologis yaitu depresi, maka shelter "Rumah Kita" menjalankan program konseling untuk membantu para korban KDRT mengatasi dampak psikologis dari kekerasan yang dialaminya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi proses konseling yang telah dilakukan oleh para pendamping di shelter "Rumah Kita" WKRI dalam membantu korban KDRT agar lebih mampu mengatasi dampak psikologis yang dialaminya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode action research dengan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian ini adalah Direktur Shelter "WKRI" dan seorang konselor yang melakukan konseling. Adapun metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tematik (thematic analysis). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses konseling yang dilakukan oleh konselor di shelter "Rumah Kita" sejalan dengan tujuan konseling yang dikemukakan oleh Kaplan dan Orlando (1998) yaitu memberikan informasi seputar relasi perempuan laki-laki dalam masyarakat, memberikan penguatan (empowerment), membekali korban agar tumbuh percaya diri, optimis, dan berani mengambil keputusan atas kehidupannya. |