Penelitian ini bertujuan untuk menyusun program pelatihan K3 khususnya bagi karyawan level supervisor divisi Tissue Converting di PT. G. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh minimnya pengetahuan dan pemahaman karyawan divisi Tissue Converting di PT. G. mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Penulis melakukan tahapan penyusunan program pelatihan menurut Dessler dan Huat (2006) yang terdiri atas lima langkah, yaitu analisa kebutuhan, desain instruksional, validasi, implementasi, evaluasi dan tindak lanjut. Dua langkah pertama telah dilakukan oleh penulis pada waktu praktek kerja lapangan dan menghasilkan sebuah modul pelatihan K3. Pada penelitian kali ini, penulis bermaksud untuk meneruskan kepada tiga langkah berikutnya, yakni melakukan proses validasi, implementasi program pelatihan yang telah disusun dam mengevaluasinya. Alat ukur yang dipakai dalam proses validasi ialah dengan penyebaran kuesioner dan wawancara kepada staf Disnaker sebagai sebuah institusi formal yang menangani kasus ketenagakerjaan termasuk masalah K3. Data yang diperoleh dari kuesioner dan wawancara akan dipakai untuk memperbaiki modul pelatihan sebelum diterapkan. Beberapa perbaikan itu antara lain pada materi, jadwal, aktifitas maupun metode pelatihan yang akan digunakan. Pelatihan diimplementasikan berdasarkan atas agenda pada modul yang telah direvisi. Hanya saja, tidak semuanya dapat berjalan sesuai dengan modul tersebut. Hal-hal inilah yang coba dianalisa oleh penulis. Ada dua macam pengukuran yang dilakukan penulis, yakni evaluasi reaksi dan evaluasi pembelajaran dari peserta pelatihan. Pengukuran evaluasi reaksi dilakukan dengan menggunakan metode kuesioner evaluasi akhir pelatihan yang terdiri atas 14 pertanyaan, berbentuk pertanyaan tertutup dan terbuka. Beberapa hal yang berjalan di luar rencana modul pelatihan antara lain berkaitan dengan karakteristik peserta pelatihan yang bervariasi, pelaksanaan pelatihan yang mundur dari jadwal, ada banyaknya pertanyaan yang diajukan peserta sehingga mengurangi waktu pemberian materi, serta kondisi fisik peserta yang kelelahan. Sedangkan pengukuran dari segi pembelajaran dilakukan penulis dengan metode penyebaran kuesioner yang terdiri atas 25 soal pilihan ganda mengenai K3. Kegunaan dari pengukuran ini ialah untuk mengukur perbedaan pengetahuan peserta pada waktu sebelum dan sesudah pelatihan. Kedua kuesioner yang sama dibagikan di awal pelatihan dan di akhir pelatihan, lalu dibandingkan nilai keduanya dengan menggunakan perhitungan persentase dan uji perbedaan Wilcoxon Test. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya perbedaan nilai pada keduanya, yang mengindikasikan penambahan pengetahuan para peserta. Akan tetapi, alat ukur ini juga memiliki kekurangan dalam tingkat kesukaran soal yang terlalu rendah sehingga hampir seluruh peserta dapat menjawab soal dengan benar. Berdasarkan atas evaluasi reaksi dan evaluasi pembelajaran tersebut, penulis lalu mencari kekurangan dari penyusunan program pelatihan. Pencarian solusi terhadap kekurangan itulah yang menjadi bahan rekomendasi bagi penelitian ini maupun bagi penyusunan modul dan pelaksanaan pelatihan yang akan diadakan berikutnya. |