Diakui atau tidak, saat ini globalisasi sudah melanda di seluruh dunia. Pesatnya era globalisasi menuntut perusahaan-perusahaan agar tak hanya mampu bersaing di pasar dalam negeri tetapi juga harus mampu bersaing di pasaran luar negeri. Seperti yang kita ketahui, negara Indonesia kaya akan potensi sumber daya alamnya. Oleh karena itu, sudah seharusnya perusahaan-perusahaan yang berasal dari Indonesia mampu memanfaatkan peluang untuk bisa memasuki pasaran internasional agar bangsa Indonesia tidak tertinggal dalam arus globalisasi. Hal inilah yang telah dilakukan oleh Taman Sari Royal Heritage Spa -selanjutnya disingkat TSRH Spa- suatu perusahaan spa terkemuka di Indonesia, yang berhasil memasuki pasar Jepang. Keputusan untuk memasuki pasar luar negeri tentu harus disertai dengan keputusan tentang bagaimana menjalankan bisnis di negara tersebut. Pilihannya beragam mulai dari ekspor, lisensi, usaha patungan hingga investasi langsung. Meskipun secara prinsip pilihan pasar dan cara masuk merupakan keputusan yang terpisah, namun karakteristik khusus suatu negara akan berdampak pada pilihan cara masuk atau strategi ekspansinya. Berdasarkan alasan tersebut, oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti bagaimana strategi yang dipilih oleh TSRH Spa dikaitkan dengan kondisi lingkungan Jepang dalam rangka memasuki pasar di negara tersebut. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu metode yang digunakan dalam meneliti status kelompok manusia, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa. Jenis penelitian yang digunakan yaitu studi kasus dimana penulis berusaha menemukan dan mengidentifikasi variabel-variabel yang mempunyai sumbangan terhadap perkembangan obyek. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi kepustakaan dan wawancara. Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan wawancara tidak langsung dimana penulis melakukan komunikasi dengan responden melalui fasilitas e-mail dan juga wawancara langsung yaitu penulis bertemu langsung dengan para responden. Strategi yang diterapkan oleh TSRH Spa dalam memasuki pasar spa Jepang adalah dengan sistem waralaba. Awal mula perkenalan TSRH Spa dengan pihak hotel Laforet Zao Jepang (franchisee) yaitu lewat sebuah kegiatan pameran di Jepang pada tahun 2001 dimana pihak hotel Laforet tertarik pada konsep treatment TSRH Spa. Kemudian keduanya melakukan business meeting. Dalam menyeleksi calon investor, TSRH Spa menyelediki seberapa jauh minat dan keterlibatan kandidat dalam mengelola bisnis spa. Persyaratan lokasi yang diajukan oleh TSRH Spa bagi calon franchisee yaitu minimum seluas 400 m2. Lokasi outlet diutamakan terletak di daerah kota metropolitan, area resort dan perhotelan dan seandainya di daerah perumahan-pun haruslah yang merupakan daerah pemukiman penduduk berpenghasilan kelas menengah. Tahapan selanjutnya yaitu mencapai kesepakatan franchise. Kebutuhan investasi untuk mendirikan outlet TSRH Spa sekitar 1,2 milyar rupiah. Selanjutnya lokasi yang digunakan kemudian direnovasi dan diatur konsep tempatnya agar sesuai dengan konsep interior design yang diinginkan oleh TSRH Spa. Setelah itu, TSRH Spa memberikan panduan manual (SOM) dan standar operating procedure (SOP) kepada pihak pengelola. SOM lebih berisi tentang panduan-panduan treatment spa dalam hal teori sedangkan SOP lebih menekankan pada praktek dan technical treatment. Pada tahap pre-opening, dilakukanlah prosesi penandatanganan oleh keduabelah pihak. Pada tahap grand opening, TSRH Spa Jepang mulai melakukan promosi-promosi seperti misalnya mengundang para travel agent, memasang iklan di guide book dan internet. Lalu setelah operasi TSRH Spa Jepang mulai berjalan selama kurang lebih satu bulan barulah TSRH Spa pusat menerima pembayaran royalti dari pihak pengelola TSRH Spa Jepang. Dalam hal kontrol dan pengawasan, target penjualan tiap outlet dikaji setiap tiga bulan sekali. Untuk di Jepang, TSRH Spa senantiasa melakukan quality control yaitu mengirimkan supervisor dan general manager ke negara Jepang setahun dua kali untuk memantau kinerja dan melakukan pengawasan guna mempertahankan mutu dan kualitas produk dan services TSRH Spa disana. Tentu, manajemen TSRH Spa juga berkomitmen melakukan inovasi jasa spa demi kemajuan outlet. Saran dari penulis bagi TSRH Spa dalam meraih peluang pasar spa di Jepang yaitu terus melakukan promosi seperti misalnya aktif mengikuti pameran-pameran dagang di Jepang tentang konsep treatment spa Javanese style yang ditawarkannya karena tentu masih banyak masyarakat di Jepang yang belum mengetahui hal tersebut. Hal ini tentu sangat sesuai dengan selera konsumen Jepang yang selalu mencari sesuatu yang baru dimana konsep TSRH Spa benarbenar terbilang baru dan unik di mata mereka. Untuk urusan produk, hendaknya dikemas dengan baik sehingga menarik bagi customer Jepang karena di Jepang kemasan yang baik akan menambah nilai dari sebuah produk. |