Penempatan remaja yang berstatus sebagai anak nakal di Lapas Anak Tangerang terkait dengan fungsi lembaga itu sendiri, yaitu fungsi penjeraan, isolasi dan mendidik. Pencapaian fungsi tersebut bergantung pada intervensi yang diberikan kepada remaja yang berstatus sebagai anak nakal. Intervensi yang diberikan juga meliputi aspek kepribadian yang membutuhkan informasi mengenai ciri khas kepribadian remaja yang berstatus sebagai anak nakal dalam pembuatan intervensi tersebut. Melalui perbandingan dengan kepribadian remaja yang berstatus sebagai bukan anak nakal akan diperoleh ciri khas kepribadian remaja yang berstatus sebagai anak nakal. Perbandingan kepribadian dilakukan dengan Tes Wartegg dengan sistem skoring baru dari Prof. Crisi. Penelitian ini menggunakan 5 kategori, yaitu CE (penyelesaian rangsang), QA (kesan emosi), QF (kualitas gambar yang dihasilkan), Content dan frekuensi (kepopularan jawaban). Penelitian juga akan menggunakan teori Freud, teori mengenai remaja dan teori mengenai tes projektif. Sampel penelitian adalah remaja dengan range usia 12 sampai < dari 18 tahun yang berada di Lapas Anak Tangerang karena melakukan tindakan pidana atau perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak menurut peraturan perundangundangan. Sedangkan, kelompok pembandingnya adalah remaja dengan range usia yang sama namun tidak pernah berada di Lapas Anak Tangerang dan tidak pernah melakukan tindakan pidana atau perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak menurut peraturan perundang-undangan. Jumlah sampel yang digunakan adalah 80 subjek dengan tiap kelompoknya berjumlah 40 subjek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan yang signifikan terjadi pada kategori QA dan QF antara remaja yang berstatus sebagai anak nakal dan remaja yang berstatus sebagai bukan anak nakal. Selain itu, terdapat juga ciri khas dalam respon jawaban popular untuk rangsang 3, 4 dan 5. Akan tetapi, untuk kategori CE dan content tidak terlihat perbedaan diantara keduanya. Melalui hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa remaja yang berstatus sebagai anak nakal memiliki kemampuan yang kurang memadai dalam adaptasi dan kapasitas intelektual disertai dengan afeksi yang tumpul. Sedangkan, remaja yang berstatus sebagai bukan anak nakal juga memiliki kemampuan adaptasi yang kurang memadai namun memiliki kapasitas intelektual yang berbeda dari remaja yang berstatus sebagai anak nakal. Remaja yang berstatus sebagai bukan anak nakal juga mampu menjalin relasi dengan kasih sayang disertai kemampuan untuk mengetahui, mengadari dan mengekspresikan emosinya. Akan tetapi, keduanya memiliki luas minat yang sama. |