Dalam kehidupan sehari-hari, istilah ”politik” tidak lagi merupakan istilah yang asing. Dalam ilmu politik, dikenal konsep partisipasi politik untuk mengabstraksikan fenomena-fenomena akan keikutsertaan rakyat dalam proses politik. Setiap warga negara sangat memiliki hak yang penuh untuk melakukan partisipasi politik. Partisipasi politik adalah keikutsertaan warga negara (yang tidak mempunyai kewenangan) dalam menentukan segala keputusan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi hidupnya (Surbakti, 1999). Dalam hal ini, setiap warga negara sangat memiliki hak yang penuh untuk melakukan partisipasi politik, termasuk didalamnya adalah partisipasi dari para kaum muda yaitu adalah mahasiswa (Saint, 1987). Sarwono (1996), mengatakan bahwa mahasiswa mempunyai sifat kritis sebagai salah satu ciri yang dominan. Sifat kritis disini dapat diartikan kritis terhadap masalah sosial dan juga masalah bangsa ini. Karakteristik-karakteristik yang dimiliki mahasiswa itu sendiri, merupakan faktor pendorong pula bagi meningkatnya peranan mereka di dalam kehidupan politik angkatan muda (Saint,1987). Di Indonesia, mahasiswa yang berpartisipasi politik terdiri dari berbagai tingkatan status ekonomi, kelompok pergaulan dan etnis, termasuk di dalamnya adalah etnis-etnis Pribumi dan etnis non-Pribumi. Etnis merupakan suatu konsep budaya yang berintikan penganutan norma, keyakinan, simbol dan praktik budaya bersama (Barker, 2000). Suryadinata, (1999), menjelaskan bahwa kata ”Pribumi” dipinjam dari bahasa Jawa, dan dalam bahasa Indonesia kata tersebut digunakan untuk menyebut penduduk asli Indonesia, sedangkan non-Pribumi bukan merupakan penduduk asli Indonesia. Suryadinata (1999), mengatakan bahwa di Indonesia, istilah Pribumi dan Non-Pribumi lebih banyak di kaitkan dengan bidang politik dan ekonomi. Istilah Pribumi dan Non- Pribumi lebih merujuk pada aspek etnis. Di Indonesia khususnya, istilah Non-Pribumi biasa dipakai untuk menyebutkan golongan etnis Tionghoa. Menurut Skinner (dalam Wibowo, 1999), di Indonesia, etnis Tionghoa disebut sebagai orang Tionghoa, jika ia bertindak sebagai anggota dan mengidentifikasikan dirinya dengan masyarakat Tionghoa. Etnis Tionghoa di Indonesia memang memiliki kedudukan khas dalam percaturan sejarah nasional dibandingkan dengan etnis pendatang yang lain seperti India dan Arab (FKR, 2005). Pada saat Orde Baru Presiden Suharto, ada usaha untuk mengurangi aktifitas etnis Tionghoa di dunia politik, khususnya untuk menjadi elit politik. Hal-hal tersebut membuktikan adanya faktor eksternal yang berupa diskriminasi terhadap etnis Tionghoa dalam dunia politik bangsa ini. Aturan atau kebijakan atau pandangan diskriminatif terhadap etnis Tionghoa menyebabkan mahasiswa etnis Tionghoa tidak berani untuk berinisiatif dalam bidang politik, berbeda dengan mahasiswa etnis Pribumi yang semakin berani berpartisipasi. Tetapi, pada zaman reformasi, diskriminasi tersebut sudah secara resmi dihilangkan. Etnis Tionghoa memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan kegiatan politik seperti masyarakat lainnya. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui apakah sebenarnya saat ini terdapat perbedaan tingkat partisipasi politik antara mahasiswa etnis Pribumi dan mahasiswa etnis Tionghoa di Jakarta dan peneliti ingin membuktikannya secara empiris. Penelitian ini bersifat non-eksperimental dan merupakan penelitian comparative design dengan teknik sampling accidental sampling. Responden dalam penelitian ini yaitu mahasiswa etnis Pribumi dan mahasiswa etnis Tionghoa yang sedang menjalani perkuliahan di Jakarta. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini yaitu alat tes partisipasi politik dengan item-item yang disusun oleh peneliti dan dosen penanggung jawab penelitian payung. Alat ukur ini telah melewati uji validitas dan uji realibilitas dengan menggunakan perhitungan statistik SPSS version 12 for Windows, dimana hasil reliabilitas sebesar 0,955. Dalam teknik pengujian hipotesa, peneliti menggunakan teknik uji t-test. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan tingkat partisipasi politik antara mahasiswa etnis Pribumi dan mahasiswa etnis Tionghoa di Jakarta. Perbedaan ini diasumsikan karena adanya masalah-masalah internal dan eksternal dimana akan dijelaskan lebih lanjut didalam diskusi. |