Anda belum login :: 27 Nov 2024 18:19 WIB
Detail
ArtikelKompetensi Profesi Dalam Era Globalisasi: Tantangan Dan Kiat Indonesia  
Oleh: Goeltom, Miranda S.
Jenis: Article from Bulletin/Magazine
Dalam koleksi: Jurnal Studi Indonesia vol. 7 no. 1 (Jan. 1997)
Topik: Globalisasi; Kompetensi Profesi; Unit Usaha
Fulltext: Miranda S. Goeltom.pdf (64.05KB)
Ketersediaan
  • Perpustakaan Pusat (Semanggi)
    • Nomor Panggil: JJ4
    • Non-tandon: 1 (dapat dipinjam: 0)
    • Tandon: tidak ada
    Lihat Detail Induk
Isi artikelKeunggulan suatu produk di masa datang akan sangat dipengaruhi oleh konsistensi kualitas yang prima dan terjaga, kontinuitas delivery yang tepat, serta harga yang relatif murah. Kesemuanya ini hanya akan bisa dicapai apabila sistim produksi dengan faktor penunjangnya mempunyai penampilan yang baik dan mampu memanfaatkan derap dunia ke arah multi-sourcing untuk mencari sumber bahan dan dana yang paling murah dan efisien. Hal ini diterjemahkan ke dalam bentuk dunia kerja masa depan yang mengarah kepada sistem pengembangan sumber daya manusia yang bersifat fleksibel, mempunyai keahlian beragam (multi-skills), dan terus mempersenjatai diri dengan pengetahuan baru (life long education). Untuk itu dinamika ilmu pengetahuan dan teknologi serta arus informasi yang berkembang sangat pesat perlu diantisipasi dengan sikap yang proactive dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, yang dinamis dan tanggap terhadap setiap perubahan tersebut sehingga memiliki kemampuan memberi jawaban yang tepat dan cepat pada kebijakan dan pelaksanaan kegiatankegiatan ekonomi. Namun demikian, kemampuan untuk mempersiapkan tenaga kerja yang diperlukan Indonesia untuk mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu tumbuh terlihat relatif sangat lambat. Yang lebih menyedihkan lagi, ditengah membesarnya defisit transaksi jasa, hingga saat ini kita belum mampu mempersiapkan TKI yang mampu memasuki pasar kerja tenaga trampil di manca negara yang akan mengurangi defisit transaksi jasa tersebut. Padahal Filipina berhasil memperoleh lebih dari US$ 4 miliar pada tahun 1995, dan hingga pertengahan 1996 telah menghasilkan devisa US$ 3,5 milyar sehingga diperkirakan pada tahun 1996 akan mendekati US$ 7 milyar dari hasil repatriasi tenaga kerja mereka di luar negeri (BI dan IMF, 1996). Sama halnya dengan sumber daya lainnya yang terbatas, maka keterbatasan sumber daya manusia yang memiliki ketrampilan tertentu yang menguasai teknologi untuk sementara diatasi dengan mengizinkan masuknya tenaga kerja asing (TKA) di Indonesia. Ditengah-tengah sempitnya lahan kerja dan menumpuknya angkatan kerja, sampai dengan tahun 1995, Indonesia menampung TKA sebanyak kurang lebih 57.159 orang, dengan penempatan kerja di berbagai bidang dalam perusahaan, terutama untuk swasta dan investor asing melalui izin yang diberikan BKPM. Tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran TKA di Indonesia membawa berbagai dampak positif terhadap kemampuan ekspor Indonesia. Antara lain: (i) keterampilan baru dengan kemungkinan alih teknologi ke Tenaga Kerja Indonesia (TKI), (ii) pengetahuan pasar luar negeri; dan (iii) kemampuan negosiasi dengan pedagang atau industriawan luar negeri terutama usaha kecil menengah yang umumnya kurang memiliki informasi dan kemampuan lobbying. Namun terdapat pula berbagai dampak negatif seperti: (i) hilangnya devisa negara; (ii) timbulnya berbagai ekses kebudayaan dan sosial, dan (iii) hilangnya kesempatan kerja TKI apabila alih pengetahuan dan ketrampilan tidak terwujud, Terlepas dari dampak keberadaan TKA di dalam negeri, fenomena ini dapat dilihat sebagai suatu gambaran akan adanya kebutuhan perusahaan terhadap tenaga-tenaga ahli, terlatih dan terampil, yang kemampuannya belum dimiliki oleh TKI. Atau dengan kata lain adalah adanya ketidakmampuan dari TKI untuk mengisi lowongan-lowongan pekerjaan tertentu. Kenyataan tersebut merupakan suatu tantangan berat yang perlu dihadapi dengan adanya liberalisasi perdagangan barang dan jasa pasca putaran Uruguay, dimana liberalisasi perdagangan akan semakin menyemarakkan arus pergerakan tenaga kerja antar negara. Maka dalam rangka menghadapi era globalisasi -- yang mau tidak mau juga melibatkan adanya perdagangan tenaga kerja secara global -- maka tidak bisa tidak, pengembangan sumber daya manusia Indonesia harus ditangani secara mendasar. Sumber daya manusia Indonesia yang unggul diperlukan untuk dapat bersaing dalam menghadapi permintaan pasar tenaga kerja nasional maupun internasional.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Kembali
design
 
Process time: 0.03125 second(s)