Anda belum login :: 23 Nov 2024 00:02 WIB
Home
|
Logon
Hidden
»
Administration
»
Collection Detail
Detail
Guru: Dari Pengajar Ke Pembelajar (Paper dibawakan dalam Seminar Nasional dan Jumpa Alumni, Universitas Sriwijaya, Palembang, 23 Juni 2007)
Bibliografi
Author:
Purwo, Bambang Kaswanti
Topik:
Guru
;
Pengajar
;
Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia/Inggris
;
Sastra Indonesia/Indonesia
;
Proses Belajar Mengajar
Bahasa:
(ID )
Penerbit:
Unika Atma Jaya
Tempat Terbit:
Jakarta
Tahun Terbit:
2007
Jenis:
Papers/Makalah - pada seminar nasional
Fulltext:
Guru_Dari Pengajar ke Pembelajar.pdf
(72.67KB;
12 download
)
Ketersediaan
Perpustakaan Pusat (Semanggi)
Nomor Panggil:
RR-2765
Non-tandon:
tidak ada
Tandon:
1
Lihat Detail Induk
Abstract
Oleh panitia penyelenggara seminar ini saya diharapkan untuk mengupas topik "Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia/Inggris di TK, SD, SMP, SMA/SMK, dan PT: problematika dan solusinya". Karena topik ini sangat luas cakupannya, sedangkan waktu yang tersedia terbatas, saya akan memfokuskan arah pembicaraan pada ihwal yang berkisar di sekitar pengertian "pengajaran" prosesnya atau "mengajar" kegiatannya. Untuk menuju ke arah ini, saya perlu merapikan peristilahan terlebih dahulu. Dalam beberapa dekade terakhir ini, di dunia pengajaran juga yang menyangkut bahasa didengang-dengungkan perubahan kiblat atau f'okus yang ditangani oleh guru di dalam kegiatan di kelas. Kegiatan itu kini tidak lagi disebut "mengajar" saja tetapi kegiatan "belajar mengajar". Istilah ini tidak untuk dipahami sebagai ’guru yang belajar untuk mengajar' melainkan bahwa kegiatan yang dilakukan di kelas lebih berupa kegiatan "belajar" daripada "mengajar". Perhatian lebih dicurahkan pada "siswa belajar" daripada pada "guru mengajar". Arus perubahan fokus yang terjadi di ruang kelas ini juga dikumandangkan dengan istilah lain: "siswa sebagai pusat" (learner-centered) Berkaitan dengan arus perkembangan ini, di dalam Indonesia kemudian muncul istilah "pembelajaran". Istilah ini dipakai dengan makna ganda dan bertentangan. Makna pertama, seperti yang dipakai di dalam frasa pembelajaran tata bahasa, artinya adalah ’mempelajari tata bahasa'. Makna kedua, sebagaimana yang digunakan pada frasa pembelajaran siswa, maknanya adalah ’membuat siswa belajar' atau ’proses membelajarkan siswa'. Makna yang kedua ini kurang meluas digunakan; yang jauh lebih luas pemakaiannya adalah makna yang pertama. Di dalam makalah ini, yang dipakai adalah makna yang kedua, makna yang kurang meluas pemakaiannya itu. Konsekuensinya, makna pertama itu ditinggalkan dan makna yang pertama itu perlu diganti dengan istilah lain, yakni "pembelajaran". Dengan demikian dibedakan antara pembelajaran tata bahasa `proses mempelajari tata bahasa' dan pembelajaran siswa `proses membelajarkan siswa'. Setelah istilah dijernihkan, judul makalah ini dapat dipahami dengan mengikuti uraian berikut. Kalau ditanyakan "Apa yang diharapkan untuk dilakukan oleh seorang guru di kelas?", jawaban yang serta merta keluar adalah "mengajar". Jawaban yang seperti ini mencerminkan pengertian yang berlaku sampai dengan tahun 1960-an, di dunia teori pengajaran di dalam praktik, pengertian ini masih diterapkan di banyak kelas. Menurut pengertian itu, guru cenderung menjadi satu-satunya sumber pengetahuan di kelas, satu satunya yang dianggap "paling tahu". Kegiatan "mengajar" adalah kegiatan menyampaikan ilmu pengetahuan, kegiatan menyuapkan ilmu pengetahuan kepada siswa. Guru berbicara, siswa mendengarkan dan jika dirasa perlu - mencatat. Dalam melakukan kegiatan ini guru berusaha untuk mengurutkan bahan dari yang mudah ke yang sukar Singkatnya, "mengajar" ialah kegiatan yang bertumpu pada guru. Guru, sebagai pengajar, merupakan titik pusat dan kegiatan yang namanya "mengajar". Gurulah yang aktif. Bagaimana dengan guru sebagai pembelajar? Guru membuat siswa belajar. Siswa tidak lagi diperlakukan sebagai seseorang yang secara pasif menerima bahan ajar dan guru. Siswa bukan penerima melainkan pelaku aktif yang terus-menerus membangun ilmu pengetahuan di dalam dirinya. Guru membimbing dan mendampingi siswa pada proses belajar ini. Dengan demikian, apa yang dilakukan oleh guru bukan lagi sebagai "pengajar", melainkan sebagai seorang "pembelajar", sebagai seseorang yang membuat siswa belajar. Siswa dipersiapkan agar dapat belajar untuk seumur hidup, secara mandiri, tidak lagi bergantung pada guru. Kegiatan di kelas bukan lagi guru yang sibuk untuk menguraikan atau menjelaskan sesuatu, tetapi siswa yang sibuk mengerjakan tugas-tugas, membangun pengetahuan berdasarkan bahan-bahan yang tersedia di dalam dan juga yang di luar kelas.
Opini Anda
Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!
Lihat Sejarah Pengadaan
Konversi Metadata
Kembali
Process time: 0.25 second(s)