Proses globalisasi yang tengah terjadi saat ini berpengaruh pada setiap segi kehidupan, khususnya di bidang perekonomian. Globalisasi di bidang ini memicu kompetisi global, yang berarti semua perusahaan dari berbagai Negara bebas mengembangkan bisnis dan bersaing di negara manapun. Guna memenangi persaingan tersebut, dibutuhkan pelayanan konsumen yang terbaik. Pelayanan terhadap konsumen bermula saat klien masih menjadi calon klien, dan pihak yang pertama kali melakukan kontak dan mewakili perusahaan adalah para resepsionis. Peran resepsionis sangat penting, karena orang luar akan menilai perusahaan berdasarkan bagaimana resepsionis menjawab telpon dan menyapa tamu yang berkunjung. Image perusahaan yang terbentuk dari sikap resepsionis tersebut akan menentukan hubungan bisnis selanjutnya antara perusahaan dengan calon kliennya. Keadaan yang terjadi saat ini, ternyata banyak resepsionis yang tidak memberikan pelayanan terbaik, seperti memperlakukan tamu dengan tidak sopan. Hal ini dapat berakibat pada buruknya image perusahaan di mata calon kliennya. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengatasi performa buruk itu untuk dapat bersaing dalam kompetisi global. Usaha-usaha peningkatan kualitas kehidupan kerja diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan individu, dengan meningkatnya kesejahteraan individu dapat mengurangi kemunculan performa buruk yang mungkin timbul. Kualitas kehidupan kerja yang terpenuhi dengan baik dapat menimbulkan persepsi yang positif bagi karyawan mengenai kesejahteraan dalam pekerjaannya. Bekerja dengan persepsi positif terhadap pekerjaan dan organisasi dapat mengurangi kemunculan performa buruk Pemenuhan terhadap faktor-faktor kualitas kehidupan kerja yang dinilai penting bagi resepsionis selain dapat mengurangi performa buruk yang muncul, ternyata juga dapat membentuk sikap positif lainnya, seperti terjadi dalam peneltiian Steers & Porter (dalam Fields & Thacker,1992) yang menemukan, jika faktor-faktor kualitas kehidupan kerja terpenuhi mampu meningkatkan komitmen karyawan pada perusahaan. Melihat dampak positif dengan memenuhi setiap faktor-faktor kualitas kehidupan kerja, maka peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara faktor-faktor kualitas kehidupan kerja dengan komitmen organisasi pada resepsionis perusahaan swasta, sehingga dengan demikian peneliti dapat mengetahui cara mengatasi performa buruk resepsionis dan sekaligus dapat mengembangkan komitmen resepsionis tersebut pada perusahaan. Untuk melihat hubungan kedua variabel tersebut, peneliti menggunakan alat ukur kualitas kehidupan kerja yang disusun oleh tim penelitian payung. Alat ukur ini terdiri dari sepuluh faktor yang berasal dari penelitian Walton (1975) dan Mat Zin (2004). Sedangkan alat ukur komitmen organisasi berasal dari teori yang dikembangkan oleh Meyer & Allen (1997) yang kemudian dibedakan menjadi empat komponen. Metode pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner dari kedua alat ukur. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan teknik statistic Pearson Product Moment. Sampel yang dipakai pada saat uji coba alat ukur kualitas kehidupan keja sebanyak 133 orang dan alat ukur komitmen organisasi sebanyak 30 orang, sedangkan pada saat penelitian sebanyak 87 orang dipakai responden. Berdasarkan hasil penelitian diketahui adanya hubungan antara faktorfaktor kualitas kehidupan kerja dengan komitmen organisasi. Hasil penelitian menunjukkan hanya faktor kompensasi yang berhubungan dengan komponen afektif, sedangkan faktor kompensasi, lingkungan fisik, dan rasa aman berhubungan dengan komponen kesinambungan-cost-. Faktor kompensasi, variasi, pertumbuhan berkorelasi dengan komponen alternatif, dan terakhir, faktor kompensasi, variasi, petumbuhan,supervisi, keseimbangan antara kehidupan kerja dan di luar kerja berkorelasi dengan komponen normatif. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa faktor kompensasi berkorelasi dengan keempat komponen komitmen organisasi dan didapatkan tiga faktor kualitas kehidupan kerja yang tidak berkorelasi dengan komitmen organisasi, yakni faktor partisipasi, integrasi, dan relevansi sosial. |