Anda belum login :: 27 Nov 2024 06:47 WIB
Detail
BukuPerbandingan Gambaran Nilai Pada Masyarakat Miskin Perokok Dan Bukan Perokok Di Pulo Gebang
Bibliografi
Author: Respitasari, Meity ; Riyanti, B.P. Dwi (Advisor)
Topik: Perbandingan Gambaran Nilai Perokok Dan Bukan Perokok
Bahasa: (ID )    
Penerbit: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya     Tempat Terbit: Jakarta    Tahun Terbit: 2007    
Jenis: Theses - Undergraduate Thesis
Fulltext: Meity Respitasari's Undergraduate Theses.pdf (729.99KB; 29 download)
Ketersediaan
  • Perpustakaan Pusat (Semanggi)
    • Nomor Panggil: FP-1029
    • Non-tandon: tidak ada
    • Tandon: 1
 Lihat Detail Induk
Abstract
Kemiskinan bukanlah masalah baru di negara ini. Terdapat sekitar 675.718 jiwa keluarga miskin di Indonesia. Untuk dapat menentukan seseorang tergolong miskin atau tidak, salah satunya dengan menggunakan kriteria dari BPS dalam pemberian Bantuan Tunai Langsung. Salah satu wilayah Jakarta yang menggunakan kriteria ini yaitu Jakarta Timur, yang memiliki jumlah rumah tangga miskin terbanyak kedua di Jakarta (“Profil Kemiskinan, 2005). Wilayah Jakarta Timur yang mendapatkan BLT terbanyak yaitu Cakung (Walikota Jaktim, 2006). Dari 7 kelurahan yang ada di Cakung, Pulo Gebang adalah salah satunya. Wilayah ini merupakan pusat pemerintahan kotamadya Jakarta Timur, maka Pulo Gebang dijadikan pusat bagi pemerintahan, perkantoran, dan pemukiman di Jakarta Timur (Berita Jakarta Timur, 2003). Kelurahan ini memiliki 1.417 keluarga miskin. Dalam kehidupannya, masyarakat miskin memiliki keterbatasan dana.Meskipun begitu, dari 19 juta keluarga miskin di Indonesia, 12 juta ayah dari keluarga miskin tersebut adalah perokok (dalam Chamim, 2007). Mengingat terbatasnya dana yang mereka miliki, merokok dapat mengganggu pengeluaran rumah tangga mereka.Fenomena ini juga terjadi di Pulo Gebang. Disini, lebih mudah menemui ayah miskin yang merokok dibandingkan dengan yang tidak merokok. Namun, di lain pihak ada ayahayah miskin yang memilih untuk tidak merokok. Dengan tidak merokok, mereka bias mencukupi kebutuhan keluarganya meskipun pas-pasan. Hal ini menunjukkan bahwa gejala yang terjadi menyangkut prioritas dalam pengeluaran rumah tangga. Dalam membuat prioritas, nilai seringkali datang ke pikiran dan mempengaruhi keputusan seorang ayah miskin (Schwartz & Bardi, 2003). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti prioritas dan sistem nilai pada masyarakat miskin perokok dan bukan perokok di Pulo Gebang. Jumlah sampel yaitu 91 orang pria dewasa (20-65 tahun), miskin, dan tinggal di Kelurahan Pulo Gebang. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur nilai responden yaitu PVQ (Portrait Value Questionaire). Selain itu, informasi yang berkaitan dengan data demografis serta aktivitas merokok responden diperoleh dari panduan wawancara.Prioritas nilai responden, didapatkan dari hasil perhitungan mean.Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai yang menjadi prioritas utama kedua kelompok berasal dari dimensi conservation dan self-transcendence. Perbedaannya yaitu, nilai benevolance pada kelompok perokok berada di posisi lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan alasan kedua mereka merokok selain karena sudah ketergantungan, juga sebagai bahan penyambung pergaulan. Sedangkan nilai universalism yang berada pada posisi lebih tinggi pada kelompok bukan perokok. Dengan diketahuinya prioritas dan sistem nilai dari kedua kelompok, diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihakpihak yang peduli pada masalah rokok dan kemiskinan agar dapat embuat rancangan teknik berhenti merokok dan upaya preventif yang sesuai dengan nilai masyarakat miskin di Pulo Gebang.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Lihat Sejarah Pengadaan  Konversi Metadata   Kembali
design
 
Process time: 0.203125 second(s)