Anda belum login :: 23 Nov 2024 03:44 WIB
Home
|
Logon
Hidden
»
Administration
»
Collection Detail
Detail
Uji Validitas dan Reliabilitas Relationship Questionnaire pada Masyarakat Batak yang Menikah di Jakarta
Bibliografi
Author:
Wulandari, Novita
;
Suci, Eunike Sri Tyas
(Advisor)
Topik:
Uji Validitas Dan Reliabilitas Relationship Questionnaire Pada Masyarakat
Bahasa:
(ID )
Penerbit:
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Tempat Terbit:
Jakarta
Tahun Terbit:
2007
Jenis:
Theses - Undergraduate Thesis
Fulltext:
Novita Wulandari's 1 Undergraduate Theses.pdf
(738.66KB;
80 download
)
Ketersediaan
Perpustakaan Pusat (Semanggi)
Nomor Panggil:
FP-1012
Non-tandon:
tidak ada
Tandon:
1
Lihat Detail Induk
Abstract
Pada masa dewasa, menjalin hubungan cinta dengan pasangan merupakan hal yang penting. Lalu pada akhirnya hubungan tersebut berlanjut pada tahap yang lebih serius seperti perkawinan. Cara individu menjalani hubungan romantisnya sangat berkaitan dengan pengalaman masa kecilnya dengan orang tuanya. Hazan & Shaver (1987) mengatakan bahwa hubungan cinta orang dewasa sangat dipengaruhi oleh interaksi individu dengan orang tuanya pada masa kecilnya. Bowlby (1969) mengatakan bahwa hubungan emosional seorang individu dengan orang tuanya pada masa kecilnya mempengaruhi kapasitas ikatan emosional individu tersebut dengan orang lain dalam kehidupan selanjutnya. Ikatan emosional ini disebut juga dengan attacment.Penelitian mengenai teori attachment Bowlby dalam konteks hubungan romantis dewasa pertama kali dilakukan oleh Hazan & Shaver (1987). Ia mengatakan bahwa hubungan romantis merupakan proses attachment. Ia juga mengatakan bahwa setiap individu dapat diklasifikasikan ke dalam 3 pola attachment, yaitu secure, anxious-ambivalent, dan avoidant. Lalu George, Kaplan & Main (1987) menemukan adanya perbedaan karakteristik pada individu yang tergolong pada pola attachment avoidant dalam hal perasaan ketertekanan individu dalam menjalani hubungan romantis. Perbedaan hasil penelitian ini mendorong penelitian-penelitian selanjutnya untuk menggali lebih dalam akan pola-pola attachment individu dewasa. Bartholomew & Horowitz adalah peneliti yang dapat menjelaskan perbedaan tersebut dan memberikan gambaran lebih mendalam akan attachment.Bartholomew & Horowitz (1991) menunjukkan bahwa terbentuknya pola-pola attachment dewasa dilandasi oleh dua dimensi yaitu model of self dan model of others. Model of self dan model of others dapat bersifat positif atau negatif, dan dua dimensi ini bersifat orthogonal (tidak berhubungan). Dua dimensi ini yang melandasi munculnya klasifikasi empat pola attachment pada individu yaitu secure, voidantdismissing,avoidant-fearful, dan preoccupied. Tetapi penenemuan mereka ini msih mengundang pertanyaan dalam hal penggeneralisasian teorinya pada berbagai budaya, terutama budaya non-Barat dengan budaya kolektivisme.Dalam pengujian sebuah teori, penting untuk dilakukan pengujian akan keakuratan alat ukur psikologi. Hal ini dikatakan oleh Segall dan kawan-kawan,bahwa mengingat pentingnya budaya sebagai suatu penentu perilaku, maka harus dilakukan pengujian akan penyamarataan atau generalisasi lintas budaya dari teori,termasuk didalamnya alat ukur psikologis, sebelum menetapkan teori tersebut dalam budaya tertentu (Berry, 1999). Schmitt dan kawan-kawan melakukan penelitian lanjutan akan teori Bartholomew & Horowitz (1991) pada 62 negara di dunia. Mereka menyelidiki apakah Relationship Questionnaire dapat mengukur model self dan model others yang melandasi empat pola attachment secara valid pada 62 negara di dunia. Uji validitas konstruk dilakukan dengan menggunakan analisis faktor terhadap domain-domainnya dan pengkorelasian konstruk model of self dan model of others dengan alat ukur lain yaitu self esteem (Rosenberg, 1965) dan aggreableness dari Big Five Inventory (Benet-Martinez & John, 1998) untuk mendapatkan validitas konvergen dan diskriminan. Hasil yang didapatkan adalah Relationship Questionnaire dapat mengukur model of self dan model of others sebagai dua dimensi yang melandasi empat pola attachment secara valid pada hampir seluruh budaya tapi tidak di semua budaya, sehingga Relationship Questionnaire belum bisa dikatakan universal (Schmitt et al., 2004).Salah satu negara yang tidak ditemukan hasil bahwa bahwa Relationship Questionnaire dapat mengukur konstruk dengan valid masyarakatnya adalah Indonesia. Hasil penelitian pada beberapa negara seperti Indonesia yang menunjukkan perberbedaan dengan teori Bartholomew & Horowitz (1991), diakui oleh Schmitt dapat disebabkan oleh keterbatasan-keterbatasan dalam penelitiannya.Seperti penerjemahan alat ukur yang tidak menggunakan tenaga profesional, teknik sampling yang kurang baik. Peneliti juga melihat kekurangannya dalam hal sampel yang terlalu variatif, jumlah sampel yang tidak ideal dan kurang representatif. Kekurangan-kekurangan ini membuat hasil penelitian Schmitt belum dapat digeneralisasikan di Indonesia. Kekurangan-kekurangan penelitian Schmitt mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ulang dengan menggunakan metode yang lebih baik, seperti dalam hal penerjemahan, teknik sampling, dan lain-lain.Peneliti memfokuskan penelitian hanya pada masyarakat suku Batak yang sudah menikah, dikarenakan masyarakat Batak masih memegang kuat budaya kolektivisme dan nilai budaya-nya yang utama berkaitan dengan model of self dan model of others. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur Relationship Questionnaire (Bartholomew & Horowitz, 1991) dengan Bahasa Indonesia dan dalam bentuk 19 pernyataan. Pengujian valididtas konstruk menggunakan analisis faktor level item dan pegkorelasian konstruk dengan alat ukur lain yaitu self esteem (Rosenberg, 1965) dan subskala agreeableness dari Omni Berkeley (Bandung) dari
Boon van Ostade (2004) untuk mendapatkan validitas konvergen dan diskriminan.Sedangkan reliabilitas alat ukur menggunakan metode Koefisien Alpha Cronbach.Hasil yang ditemukan adalah Relationship Questionnaire memiliki validitas
dengan analisis faktor yang tidak memuaskan dalam mengukur model of self dan model of others pada masyarakat suku Batak yang sudah menikah di Jakarta.Relationship Questionnaire dapat mengukur model of self secara valid tetapi tidak
dapat mengukur model of others secara valid pada masyarakat suku Batak yang sudah menikah di Jakarta. Relationship Questionnaire tidak reliabel dalam mengukur model of self dan model of others pada masyarakat suku Batak yang sudah menikah di Jakarta. Terlihat bahwa hasil validitas dan reliabilitas Relationship Questionnaire pada masyarakat suku Batak yang sudah menikah di Jakarta kurang memuaskan.Peneliti juga menyadari terdapat beberapa kelemahan dalam penelitian ini,yaitu menyangkut alat ukur attachment.Sehingga peneliti menyarankan agar dalam penelitian selanjutnya perlu ditambahkan jumlah pernyataan dalam alat ukur.
Opini Anda
Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!
Lihat Sejarah Pengadaan
Konversi Metadata
Kembali
Process time: 0.1875 second(s)