Matematika penting untuk dipelajari karena dapat membantu menyelesaikan masalah secara efisien dan fleksibel, serta berguna untuk mengembangkan logika berbahasa dalam kehidupan sehari-hari (Byrnes, 2001;Gunawan dalam Lintong, 2005)Oleh sebab itu, konsep Matematika sudah diperkenalkan sejak dini, yaitu pada tingkat Sekolah Dasar. Menyampaikan konsep Matematika kepada anak juga bukan persoalan yang mudah. Guru memberikan hukuman sebagai cara memperlemah atau menghilangkan tingkah laku yang tidak diinginkan. Pengaruh dari hukuman menimbulkan pikiran negatif pada diri siswa (Marpaung dalam BASIS, Agustus 2004). Timbulnya pikiran negatif, mengakibatkan anak selalu berusaha menghindari objek yang tidak disukainya. Hal ini akan mengakibatkan timbulnya kecemasan (anxiety). Kecemasan Matematika disebut dengan mathophobia (Stipek, 2002). Pajares dan Kranzler (1995) mengatakan bahwa kecemasan terhadap Matematika sangat dipengaruhi oleh self efficacy. Semakin rendah self efficacy Matematika, maka semakin tinggi kecemasan. Self efficacy didefinisikan oleh Bandura (1986) sebagai keyakinan seseorang tentang kapabilitasnya untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu. Dalam penelitian ini, tugas tertentu yang dimaksud adalah Matematika.Kemudian muncul trend alternatif belajar mental aritmatika sempoa, yang dipercaya mampu meningkatkan kemampuan berhitung, terutama operasi ritmatika, seperti: penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.Kesuksesan yang mereka alami dalam menyelesaikan soal Matematika menggunakan mental aritmatika sempoa di sekolah, memberikan rasa kepercayaan diri dalam bermatematika, sekaligus terbebas dari kecemasan akan Matematika (Hatano dalam Nunes dan Bryant, 1997) Kecemasan terhadap Matematika sangat ipengaruhi oleh self efficacy (Pajares dan Kranzler, 1995) maka apakah menurunnya kecemasan bermatematika siswa dengan metode mental aritmatika sempoa, juga akan mengalami peningkatan self efficacy Matematika? Penelitian akan dilakukan pada siswa kelas 5 Sekolah Dasar (SD).Subjek ini dipilih karena mental aritmatika sempoa paling efektif diajarkan pada usia Sekolah Dasar, yaitu 6-12 tahun (Nurhasanah, 2002). Pada masa ini mereka sedang memasuki tahap middle childhood, dimana perkembangan kognitif mereka memasuki tingkat operasi konkret yaitu penggunaan operasi mental untuk menyelesaikan masalah nyata (Papalia, Olds, & Wendkos, 2001). Bandura mengatakan bahwa pada tahap middle childhood, mereka sudah dapat mengukur kemampuan secara realistis dan memiliki rasa self efficacy yang jelas dengan cara membandingkan dirinya terhadap teman seusianya (Papalia, Olds, & Wendkos, 2001) Penelitian ini ingin melihat apakah self efficacy Matematika dalam konteks situasi penyelesaian tugas Matematika (Nielsen & Moore, 2003) kelompok anak yang mempelajari mental aritmatika sempoa lebih tinggi daripada kelompok anak yang tidak mempelajarinya. Jenis penelitian ini adalah non-experimental. Membedakan kelompok kursus mental aritmatika sempoa pada level 7, 8, 9, 10 dengan kelompok yang sama sekali belum pernah mempelajari mental aritmatika sempoa. Pengambilan data penelitian menggunakan teknik accidental sampling. Berdasarkan teknik analisis statistik U Mann-Whitney menunjukkan bahwa ada self efficacy Matematika kelompok kursus mental aritmatika sempoa lebih tinggi secara signifikan daripada kelompok tidak kursus pada siswa-siswi kelas 5 SD, dan analisis tambahan memperkuat hasil ini bahwa, self efficacy matematika kelompok mental aritmatika sempoa berdasarkan empat konteks situasi, yaitu: latihan soal, mengerjakan di papan tulis, mengerjakan PR, dan ulangan, lebih tinggi secara signifikan daripada anak yang tidak kursus mental aritmatika sempoa.Penelitian ini membuktikan pendapat Hatano dalam Nunes & Bryant (1997) bahwa siswa yang mengikuti kursus mental aritmatika sempoa lebih sering mengalami keberhasilan dibandingkan anak yang tidak kursus sehingga self efficacy Matematika siswa yang mengikuti kursus lebih tinggi.Di samping itu, kelompok kursus mental aritmatika sempoa memiliki derajat kesukaan Matematika yang cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok tidak kursus. Derajat kesukaan yang tinggi ini kemudian berpengaruh pada frekuensi belajar dan keberhasilan mereka dalam mata pelajaran Matematika.Penelitian berikutnya dapat mengkaitkan self efficacy Matematika dengan variabel hasil belajar, jenis soal Matematika (soal pemahaman, penerapan, dan analisis), atau tugas perkembangan middle childhood pada anak yang mempelajari mental aritmatika sempoa. Di samping itu, penambahan alat ukur self efficacy Matematika berdasarkan kurikulum dapat diberikan, untuk mempertajam hasil analisis. Saran praktis dari penelitian ini adalah kemampuan berhitung dengan mental aritmatika sempoa dapat diberikan pada anak Sekolah Dasar untuk memotivasi belajar Matematika. |