Anda belum login :: 27 Nov 2024 00:00 WIB
Detail
BukuPerbandingan Gambaran Archetype Antara Remaja Perempuan Yang Menonton Sinetron Dan Remaja Perempuan Yang Tidak Menonton Sinetron
Bibliografi
Author: Sutanto, Nani ; Herabadi, Astrid Gisela (Advisor); Nugroho, Wahyu Cahyo (Advisor)
Topik: Perbandingan Antara Remaja Perempuan Yang Menonton Sinetron; Remaja Perempuan Yang Tidak Menonton Sinetron
Bahasa: (ID )    
Penerbit: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya     Tempat Terbit: Jakarta    Tahun Terbit: 2007    
Jenis: Theses - Undergraduate Thesis
Fulltext: Nani Sutanto's Undergraduate Theses.pdf (554.93KB; 76 download)
Ketersediaan
  • Perpustakaan Pusat (Semanggi)
    • Nomor Panggil: FP-974
    • Non-tandon: tidak ada
    • Tandon: 1
 Lihat Detail Induk
Abstract
Sejak tahun 1990-an, program acara sinetron semakin berkembang pesat dan terus menjadi unggulan program lokal dan merajai prime time hampir semua stasiun televisi (Irwanto, 2006). Jika dilihat dari segi rating, sinetron juga termasuk program acara yang mendominasi program-program acara di televisi.Tidak dapat dipungkiri bahwa sinetron memiliki tempat tersendiri di hati penggemarnya, terutama penggemar perempuan. Kegiatan menonton sinetron memang identik dengan kegiatan perempuan (Santoso, 2006) dan pada kenyataannya, penonton sinetron merupakan perempuan muda yang berusia antara 10 sampai 24 tahun (Wirodono, 2005; Bangkitnya perfilman…, 2006). Akan tetapi, banyak kritikan-kritikan yang muncul terhadap sinetron karena isi cerita sinetron dianggap memberikan dampak negatif terhadap penontonya. Sinetron seringkali memberikan suatu realitas yang seolah-olah dekat dengan dunia penonton padahal yang ditampilkan adalah realitas yang berlawanan dengan kondisi sosial (Malna, 1997). Cerita sinetron mengajari masyarakat hedonisme,gaya hidup mewah, kekacauan kehidupan keluarga, dan cenderung menampilkan kekerasan dan abuse terhadap orang lain.Kemunculan sinetron-sinetron yang tidak pantas untuk ditonton remaja dan kurangnya sensor yang dilakukan terhadap sinetron, menyebabkan banyak kekhawatiran dan kritikan yang muncul, terutama kekhawatiran terhadap dampak sinetron terhadap remaja perempuan. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengkhususkan pada remaja perempuan.Masa remaja merupakan masa dimana seseorang membentuk identitasnya dalam lingkungan sosialnya. Dalam pembentukan identitas ini, remaja dipengaruhi oleh orang tua, teman sebaya dan media massa. Akan tetapi selain itu,remaja juga dipengaruhi oleh archetype dalam dirinya. Archetype merupakan sumber dari gambaran-gambaran universal yang mewakili ketidaksadaran kolektif. Meskipun terbagi secara universal, archetype dalam diri masing-masing individu diekspresikan dengan cara yang berbeda, karena masing-masing individu memiliki teknik, karakteristik, dan perilaku yang berbeda dalam mengembangkan archetype-nya.Oleh karena itu, meskipun memiliki archetype yang sama, belum tentu individu akan menampilkan tingkah laku yang sama. Selain itu, individu dapat memulai dengan archetype yang berbeda-beda sehingga melakukan aktivitas yang sama tidak membuat individu memiliki motivasi yang sama.(Pearson, 1991; Pearson & Marr, 2002). Jadi motivasi individu dalam beraktivitas dapat diketahui dari archetype yang aktif dalam dirinya, termasuk motivasi dalam menonton sinetron. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan perbandingan gambaran archetype antara remaja perempuan yang menonton sinetron dan remaja perempuan yang tidak menonton sinetron.Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain cross sectional dan non-eksperimental. Penelitian dilakukan pada 127 orang remaja perempuan, yang terbagi atas 89 orang yang menonton sinetron dan 38 orang yang tidak menonton sinetron, dengan karakteristik usia 18-22 tahun. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Pearson-Marr Archetype Indicator (PMAI) yang dikonstruksi berdasarkan teori dari psikiater asal Swiss Jung oleh Pearson dan Marr. Data mengenai aktivitas menonton sinetron didapat dengan melalui panduan wawancara mengenai aktivitas dan gaya hidup sehari-hari di Jakarta yang disusun oleh tim dosen Bagian Peminatan Psikologi Sosial Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya. Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama,archetype fool, magician, dan seeker merupakan archetype yang dominan pada kelompok remaja perempuan yang menonton sinetron maupun yang tidak menonton sinetron. Kedua, archetype innocent, destroyer, dan orphan merupakan archetype yang kurang dominan pada kedua kelompok sampel. Ketiga, archetype warrior, caregiver, lover, creator, ruler, dan sage merupakan archetype yang tidak termasuk dalam kelompok archetype yang dominan tetapi archetypes ini tetap disadari kehadirannya meskipun mungkin jarang diekspresikan dalam kehidupan sehari-hari. Keempat, terdapat perbedaan rangking mean pada kedua kelompok sampel. Kelima, terdapat perbedaan aktivitas waktu luang dan aktivitas hang-out pada kedua kelompok sampel. Keenam, nilai mean masing-masing archetype pada kelompok remaja perempuan yang menonton sinetron selalu lebih tinggi dibandingkan kelompok remaja perempuan yang tidak menonton sinetron, kecuali pada archetype orphan dan destroyer.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Lihat Sejarah Pengadaan  Konversi Metadata   Kembali
design
 
Process time: 0.15625 second(s)