Clubbing merupakan suatu salah satu bentuk aktivitas waktu luang yang sedang menjadi suatu fenomena sosial, dan clubbing merupakan salah satu bentuk gaya hidup yang sedang banyak digemari oleh orang-orang muda, salah satunya adalah remaja (Lovvat, 1996; Hyder, 1995). Clubbing sendiri merupakan istilah yang sering digunakan untuk melakukan aktivitas di diskotik, bar, dan pub, dengan musik hidup atau suasana yang dibuat menyerupai tempat hiburan malam. Malbon (1999) mendefinisikan Clubbing sebagai sebuah aktivitas pertunjukan di dalam suatu ruangan yang bersuasana redup dengan lampu-lampu dan dengan diiringi musik-musik.Pada kenyataanya clubbing merupakan salah satu acuan untuk diakui sebagai ”remaja gaul” (Skelton dan Valentine, 1998), tapi mengapa pada elaksanaanya ada sebagian remaja yang memilih untuk clubbing dan ada sebagian remaja yang memilih untuk tidak clubbing. Adanya perbedaan motivasi diduga menjadi penyebab munculnya perilaku yang berbeda pada kedua kelompok remaja.Untuk memahami itu semua peneliti menggunakan pemahaman mengenai nilai-nilai yang dimiliki individu, karena nilai memiliki fungsi sosial dasar untuk memotivasi dan mengontrol perilaku indvidu (Parson, 1951). Perilaku seseorang, salah satunya dipengaruhi oleh nilai, karena nilai merupakan bagian dari konsep diri yang memberikan motivasi terhadap perilaku. Nilai memberikan arah mengenai apa yang diinginkan dan apa yang tidak diinginkan. Nilai juga merupakan ekspresi dari kebutuhan dasar individu, yang dapat memotivasi individu untuk melakukan suatu tindakan tertentu (Rokeach 1973; Schwartz 1992). Nilai akan memandu seseorang dalam memilih atau mengevaluasi tindakan, aturan, orang-orang, dan suatu kejadian. Oleh karena itu bagi seseorang, nilai berfungsi sebagai sebuah standar atau kriteria. Selain itu, menurut Schwartz prioritas nilai yang dimiliki setiap orang diurutkan berdasarkan kepentingan relatif seseorang, dan prioritas nilai setiap orang itulah yang mengkarakteristikan mereka sebagai seorang individu. Berdasarkan pernyataan tersebut peneliti menjadi ingin mengetahui apakah pilihan remaja untuk melakukan clubbing dan tidak melakukan clubbing didasari oleh nilai yang sama ataukah nilai yang berbeda. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, peneliti hendak membandingkan gambaran nilai antara remaja yang clubbing dengan remaja yang tidak clubbing.Dalam penelitian ini, digunakan alat ukur values, yaitu Portrait Values Questionnaire (PVQ) yang dikonstruksikan oleh Schwartz. Portrait Values Questionnaire (PVQ) telah terbukti lebih konkrit, dan lebih memudahkan subyek dalam pengisiannya. Menurut Schwartz, instrumen PVQ sangat sesuai diberikan pada negara berkembang seperti Indonesia, karena item-itemnya lebih konkrit dan tidak terlalu sulit, sehingga dalam pengisiannya bisa lebih mudah dan menghemat waktu.Penelitian ini menggunakan subyek remaja akhir, dengan rentang usia 18 – 22 tahun. Alasan peneliti menggunakan remaja akhir sebagai sampel penelitian adalah, menurut Marcia (dalam Santrock, 2003) masa remaja akhir merupakan tahapan paling kritis dan menentukan. Selain itu para ahli sepakat bahwa sikap remaja akhir dapat dikatakan relatif stabil (Mappiare, 1982). Nilai individu juga terbentuk ketika masa remaja, dan kemudian akan sedikit mengalami perubahan seiring dengan bertambahnya usia.(http://essedunet.nsd.uib.no/opencms.war/opencms/ess/en).Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana penelitian tersebut meliputi pengumpulan data dengan tujuan untuk memperoleh suatu gambaran dari sebuah situasi atau suatu kejadian (Christensen, 1994). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling, dengan jenis accidental sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 232 subyek. Dari analisa data, maka diperoleh hasil bahwa nilai self direction, benevolence, dan stimulation merupakan nilai-nilai yang termasuk kedalam posisi tiga besar pada remaja yang clubbing, sedangkan pada remaja yang tidak clubbing adalah nilai self direction, universalism, dan benevolence. Selanjutnya tiga nilai yang prioritasnya terbawah pada kelompok remaja yang clubbing adalah nilai conformity, tradition, dan power; sedangkan tiga nilai yang prioritasnya terbawah pada kelompok remaja yang tidak clubbing mencakup nilai tradition, achievement, dan power. Selanjutnya, dari kesepuluh tipe nilai yang ada, untuk nilai universalism, benevolence, tradition, conformity, achievement tidak terdapat selisih yang jauh, namun nilai stimulation dan security merupakan nilai-nilai yang memiliki perbedaan posisi yang berarti. Nilai self direction, hedonism dan nilai power merupakan nilai yang memiliki posisi urutan yang sama pada kedua kelompok. |