Anda belum login :: 23 Nov 2024 01:06 WIB
Detail
BukuAnteseden, Pengalaman, Ekspresi, dan Kontrol Marah pada Laki-Laki dan Perempuan Etnis Keturunan Tionghoa
Bibliografi
Author: Dewi, Zahrasari Lukita (Advisor); K, Teppy Ardianto M
Topik: Laki-Laki; Perempuan; Etnis Keturunan Tionghoa
Bahasa: (ID )    
Penerbit: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya     Tempat Terbit: Jakarta    Tahun Terbit: 2006    
Jenis: Theses - Undergraduate Thesis
Fulltext: Teppy Ardianto MK's Undergraduate Theses.pdf (1.16MB; 101 download)
Ketersediaan
  • Perpustakaan Pusat (Semanggi)
    • Nomor Panggil: FP-961
    • Non-tandon: tidak ada
    • Tandon: 1
 Lihat Detail Induk
Abstract
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang ditujukan untuk melihat gambaran mengenai anteseden, pengalaman, ekspresi, dan kontrol marah yang khas pada laki-laki dan perempuan etnis keturunan Tionghoa. Dengan gambaran itu, penelitian ini juga ingin melihat ada tidaknya perbedaan proses marah antara laki-laki dan perempuan etnis keturunan Tionghoa. Dengan teknik purpossive sampling diperoleh 70 orang (36 laki-laki dan 34 perempuan) etnis keturunan Tionghoa yang memenuhi seluruh karakteristik subyek penelitian. Kemudian peneliti menyebarkan kuesioner lagi sebanyak 30 buah khusus kepada etnis keturunan Tionghoa yang memeluk agama Budha dan Kong Hu Chu.
Penelitian ini menggunakan dua buah alat ukur, yaitu alat ukur anteseden marah dan alat ukur State-Trait Anger Expression Inventory-2 (STAXI-2). Alat ukur anteseden marah merupakan alat ukur yang dibuat oleh Dewi (2004) dan telah digunakan untuk mengukur anteseden kemarahan dari suku bangsa Batak dan Jawa. Sedangkan STAXI-2 merupakan alat ukur yang dibuat oleh Spielberger yang mengukur pengalaman, ekspresi, dan kontrol marah. Alat ukur ini telah diadaptasikan sebelumnya di Indonesia pada suku bangsa Batak dan Jawa dan telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Dewi (2004).
Selain memberikan gambaran marah etnis keturunan Tionghoa, penelitian ini juga melakukan analisis dengan melihat perbedaan jenis kelamin dalam hal proses marah. Analisis deskriptif pada laki-laki dan perempuan etnis keturunan Tionghoa menunjukkan bahwa kemarahan obyektif merupakan kemarahan yang paling sering menimbulkan kemarahan. Setelah itu, kemarahan interpersonal, dan baru kemudian kemarahan subyektif. Begitu juga dengan etnis keturunan Tionghoa yang memeluk agama Budha dan Kong Hu Chu.Gambaran State-Anger pada etnis keturunan Tionghoa berada dalam kategori rendah, baik perasaan marah maupun keinginan untuk mengekspresikan marah secara verbal dan fisik. Tetapi hasil pengukuran menunjukkan bahwa laki-laki etnis keturunan Tionghoa memiliki intensitas marah yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan etnis keturunan Tionghoa. Dari hasil pengukuran Trait-Anger didapatkan bahwa laki-laki etnis keturunan Tionghoa relatif lebih sering marah dibandingkan dengan perempuan etnis keturunan Tionghoa dan pada batas kategori rendah. Kemarahan yang muncul lebih sering disebabkan sebagai reaksi dari situasi frustrasi (Trait-Anger/Reaction).Untuk gambaran ekspresi marah, laki-laki etnis keturunan Tionghoa lebih sering mengekspresikan rasa marahnya keluar diri (Anger-Expression/Out) maupun memendam rasa marahnya (Anger-Expression/In) dibandingkan dengan perempuan etnis keturunan Tionghoa. Sedangkan untuk kontrol marah, laki-laki etnis keturunan Tionghoa juga lebih sering melakukan kontrol terhadap rasa marah yang akan diarahkan keluar diri (Anger-Control/Out) dan juga kontrol terhadap rasa marah dengan cara menenangkan diri (Anger-Control/In). Dari ekspresi dan kontrol marah, maka akan didapatkan indeks ekspresi marah, yaitu seberapa eskpresif suatu individu atau kelompok dalam mengekspresikan rasa marahnya. Dari hasil perhitungan pada penelitian ini, perempuan etnis keturunan Tionghoa lebih ekspresif mengungkapkan rasa marahnya dibandingkan dengan laki-laki etnis keturunan Tionghoa.Bagi etnis keturunan Tionghoa yang memeluk agama Budha dan Kong Hu Chu pada dasarnya memiliki gambaran emosi marah yang relatif sama dengan agama lain, hanya saja ada sedikit perbedaan dalam kadarnya lebih rendah untuk anteseden, state-anger, dan trait-anger. Sedangkan untuk ekspresi dan kontrol marah mereka cenderung memiliki kadar yang lebih tinggi dari agama lain.Analisis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji-t untuk melihat apakah ada perbedaan marah antara laki-laki dan perempuan etnis keturunan Tionghoa. Hasil yang didapatkan adalah ada perbedaan yang signifikan pada intensitas marah (State-Anger/Feeling) antara laki-laki dan perempuan pada saat dilakukan pengukuran. Selain sub skala tersebut tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan mengenai marah antara laki-laki dan perempuan etnis keturunan Tionghoa. Berdasarkan penelitian ini disarankan agar dapat dilakukan penelitian serupa yang lebih luas dan mendalam dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Lihat Sejarah Pengadaan  Konversi Metadata   Kembali
design
 
Process time: 0.171875 second(s)