Kesulitan, kebingungan, dan ketakutan terasa ketika remaja harus memilih dan menentukan bidang studi di perguruan tinggi. Kurangnya informasi akan bidang studi dan lapangan kerja yang akan dihadapi oleh remaja ketika mereka lulus menambah kekhawatiran remaja dalam pengambilan keputusan tersebut (Santrock, 2003). Pemilihan bidang studi berkaitan erat dengan pemilihan karier, karena untuk mengetahui karier apa yang dijalani nantinya, sebelumnya seseorang harus merencanakan bidang studi tersebut. Oleh karena itu, jika seseorang memilih suatu bidang studi yang sesuai, ia dapat memilih karier yang dirasakan berarti, dan dapat dikerjakan dengan baik, serta merasa puas dengan dirinya sendiri (Sugianto, 2002). Jika pemilihan bidang studi dilakukan dengan tepat atau sesuai dengan bidang yang diminati, maka kelanjutan studi dan kegairahan belajar akan menjadi lancar, bahkan dapat mengembangkan bakat dan minat semaksimal mungkin, sehingga aktualisasi diri lebih mudah tercapai. Sebaliknya pemilihan bidang studi yang kurang tepat, dapat mengakibatkan mahasiswa mengalami kesulitan dalam berkuliah karena tidak termotivasi untuk belajar, atau malas (dalam Santrock, 2003). Berdasarkan beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa terdapat faktor-faktor yang menentukan pemilihan bidang studi yang dapat dilihat secara internal dan eksternal. Adapun faktor internal merupakan faktor-faktor dalam diri remaja yang menentukan pemilihan bidang studi di perguruan tinggi antara lain minat dan kepribadian, konsep diri, dan kemampuan yang dimiliki remaja. Faktor eksternal merupakan faktor-faktor dari luar diri remaja yang menentukan pemilihan bidang studi di perguruan tinggi, antara lain orang tua, teman sebaya, pengaruh sekolah, peluang kerja dan tes bakat minat.Peneliti melakukan studi penelitian dengan memberikan kuesioner kepada mahasiswa Universitas Atma Jaya untuk melihat gambaran umum mengenai faktor-faktor yang menentukan mahasiswa ketika memilih bidang studi yang dijalani saat ini. Selanjutnya berdasarkan hasil kuesioner yang diterima, peneliti akan memilih subjek penelitian yang mengalami permasalahan dalam pemilihan bidang studi di Perguruan Tinggi, dan mewakili fenomena dan karakteristik sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk mendapatkan gambaran umum tentang faktor-faktor yang menentukan pemilihan bidang studi di Perguruan Tinggi, peneliti melakukan studi penelitian dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada 150 mahasiswa baru angkatan 2006 di Universitas Atma Jaya. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa mahasiswa angkatan 2006 ini memiliki tugas perkembangan akademis yakni baru saja memilih bidang studi di perguruan tinggi yang akan mempengaruhi karirnya di masa yang akan datang (Mappiare, 1982). Setelah itu, peneliti menentukan 3 (tiga) orang subjek penelitian yang memiliki permasalahan dalam pemilihan bidang studi di Perguruan Tinggi, sesuai dengan fenomena dan tujuan penelitian. Adapun metode yang digunakan adalah kualitatif. Dengan penelitian kualitatif, peneliti dapat menggali lebih dalam bagaimana faktor-faktor internal maupun faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi mahasiswa dalam memilih bidang studi di Universitas Atma Jaya.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dua dari tiga subjek memilih bidang studi yang sesuai dengan tipe kepribadian yang ia miliki. Pada faktor konsep diri, berdasarkan teori Brook dan Emmert (dalam Safaria, 2004) disimpulkan bahwa ketiga subjek memiliki konsep diri yang positif. Bagi subjek pertama, faktor yang paling menentukan ketika memilih bidang studi adalah pada faktor eksternal yaitu orang tua (ibu subjek), yang berkaitan pula dengan faktor peluang kerja, dimana profesi dokter akan lebih menjanjikan dan tidak akan sulit untuk mencari pekerjaan di kemudian hari. Pada subjek ke-2 dan subjek ke-3, faktor yang paling menentukan ketika memilih bidang studi adalah teman sebaya. Peran teman sebaya bagi subjek adalah memberikan saran dan pendapat kepada subjek dengan menilai potensi subjek secara objektif. Hal ini sangat mungkin terjadi mengingat banyaknya waktu yang dihabiskan remaja bersama teman sebaya sehingga memberikan pengaruh pada pemilihan bidang studi, dimana mereka saling mendukung, menetapkan standar dan menjadikan kelompoknya sebagai identitas dirinya (Seligman, 1994). Sedangkan faktor yang sama sekali tidak menentukan dalam pemilihan bidang studi bagi ketiga subjek dalam penelitian ini adalah tes bakat minat yang hanya diikuti oleh subjek ke-1 dan 2. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah agar peneliti melakukan wawancara dengan subjek yang berjenis kelamin laki-laki sehingga juga dapat diketahui pula apakah terdapat perbedaan faktor-faktor yang menentukan pemilihan bidang studi berdasarkan jenis kelamin pada remaja. Seperti halnya menurut Maccoby (dalam Santrock, 2003), remaja perempuan lebih mengartikan persahabatan teman sebaya ke arah percakapan yang akrab dan kepercayaan daripada remaja laki-laki. Selain itu, adapula kemungkinan perbedaan harapan dan bentuk pemberian kesempatan karier dari orang tua kepada anaknya yang berjenis kelamin perempuan dan yang berjenis kelamin laki-laki sehingga akan mempengaruhi remaja dalam menentukan pemilihan bidang studi di Perguruan Tinggi (Harold dan Eccles dalam Santrock, 2003). Selain itu, sebaiknya dilakukan pengukuran pada faktor internal seperti kepribadian dan konsep diri sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai kedua faktor tersebut. Saran untuk para pendidik adalah menyelenggarakan bimbingan konseling dan tes bakat minat yang lebih sesuai dengan kebutuhan para siswa sehingga dapat berfungsi lebih efektif. Bagi pihak universitas, ada baiknya juga membekali calon mahasiswa dengan berbagai informasi mengenai bidang studi mulai dari biaya, mata kuliah, peminatan, serta peluang kerja yang akan dijalani setelah lulus dari bidang studi tersebut. |