Analisis CVP sebagai salah satu alat perencanaan laba merupakan suatu analisis yang menggambarkan hubungan antara biaya, volume penjualan atau produksi dan laba atau rugi yang saling berintegrasi yang berlaku dalam suatu perusahaan pada periode tertentu. Berdasarkan hasil penelitian penulis, perusahaan belum menerapkan analisis CVP sebagai alat untuk perencanaan labanya. Dengan analisis CVP, perusahaan dapat memperoleh informasi mengenai: (1) berapa penjualan minimum yang harus diperoleh agar laba yang diinginkan tercapai; (2) untuk mengetahui komposisi penjualan yang akan memberikan laba maksimal; serta (3) seberapa jauh volume penjualan yang dianggarkan boleh turun agar perusahaan tidak menderita kerugian. Untuk menerapkan analisis CVP, perusahaan perlu mengklasifikasikan biaya yang terjadi berdasarkan perilaku biaya dalam hubungannya dengan tingkat kegiatan yaitu : biaya tetap, biaya variabel dan biaya campuran. Biaya campuran harus dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Metode yang digunakan untuk memisahkan biaya campuran adalah metode kuadrat terkecil. Produk dari PT Sinar Agung Adi Perkasa yang dianalisis dalam penelitian ini merupakan consumer goods. Pada tahun 2006 Perusahaan merencanakan untuk memperoleh laba sebesar 10% dari total penjualan, untuk itu Perusahaan perlu menetapkan berapa banyak produk yang harus diproduksi dan dijual agar target laba tersebut dapat tercapai. Dalam pelaksanaannya ternyata kapasitas produksi Perusahaan saat ini tidak cukup untuk memenuhi target penjualan tersebut namun perusahaan masih dapat berusaha untuk memaksimalisasi laba dengan kapasitas produksi yang ada saat ini. Untuk memperoleh laba yang maksimal perusahaan perlu menentukan komposisi produk dengan tepat. Dalam hal ini komposisi produk ditentukan dengan metode analisis rangking contribution margin per satuan kendala dimana produk yang memberikan contribution margin per satuan kendala terbesar akan lebih diprioritaskan. Dengan menggunakan metode ini laba yang diperoleh Perusahaan adalah Rp. 711.630.025 atau 2,5% lebih besar dari laba yang dihasilkan dengan menggunakan komposisi produk yang ada saat ini. |