Anda belum login :: 25 Nov 2024 04:17 WIB
Detail
ArtikelSituasi Malaria Jawa Timur 1989-2002  
Oleh: Marwoto, Harijani A.
Jenis: Article from Journal - ilmiah nasional - terakreditasi DIKTI
Dalam koleksi: Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan vol. 17 no. 03 (2007), page 29.
Topik: malaria; transmisi malaria; situasi malaria
Fulltext: Vol 17, No 3 Sept (2007) p29.PDF (759.5KB)
Ketersediaan
  • Perpustakaan Pusat (Semanggi)
    • Nomor Panggil: MM81
    • Non-tandon: 1 (dapat dipinjam: 0)
    • Tandon: tidak ada
    Lihat Detail Induk
  • Perpustakaan FK
    • Nomor Panggil: M32.K.01
    • Non-tandon: 1 (dapat dipinjam: 0)
    • Tandon: tidak ada
    Lihat Detail Induk
Isi artikelTulisan ini merupakan rangkuman dan analisa informasi/data yang telah dikumpulkan dalam pelaksanaan penelititan malaria oleh Puslitbang BMF dalam kurun waktu 1990-2002. Masalah malaria di Jawa Timur sangat rendah. API tahun 1989-2002 menyebar dari 0,07‰ - 0,8‰ dengan rata-rata sebesar 0,23‰. Tidak ada peningkatan API tajam seperti yang terjadi didaerah endemis malaria di Jawa pada umumnya pada tahun 1973-1974 dan 1997-1998, tetapi peningkatan API yang mancapai 16 kali lipat dilaporkan pada tahun 2000, meningkat dari 0,05‰ pada 1999, meningkat menjadi 0,8‰. Dari data yang ada telihat bahwa transmisi di Jawa Timur terutama dilaporkan dari daerah pantai. Ada 17 dari 38 kabupaten beresiko terjadi transmisi malaria, dan 8 dari yang beresiko terletak di daerah pantai selatan, 1 kabupaten di pantai utara dan hanay 7 lainnya di daerah non-pantai. 9 kabupaten beresiko yang sejak tahun 1998-2002 melaporkan adanya desa HCI adalah Sumenep, Pacitan, Trenggalek, Tulungagung dan Banyuwangi. Kasus import di Jawa Timur sangat mencolok. Kasus import tersebut mancapai 57,69 - 80,74% dari semua kasus yang terdokumentasi. Pada umumnya kasus yang dilaporkan adalah buruh musiman di perkebunan di Sumatra dna atau Kalimantan. P. vivax merupakan jenis yang dominan di 17 kabupaten yang beresiko dengan proporsi P. falciparum : P. vivax sebesar 1:3. Tersangka vektor di Kabupaten Sumenep adalah An. aconitus, An. sundaicus, dan An. subpictus, dan An. Maculatus. 3 jenis pertama juga dilaporkan di daerah pantai selatan yang berisiko. Secara umum musim vektor terutama terjadi pada musim kemarau. Puncak kepadatan An. subpictus adalah pada minggu pertama musim kering dan diikuti oleh An. sundaicus. Hal ini berkaitan dengan tingkat salinitas tempat perindukan yang disenangi. Untuk An. maculatus, puncak kepadatan juga terjadi pada musim kemarau. Tingginya proporsi P. vivax memberikan indikasi bahwa transmisi lokal malaria di Jawa Timur rendah dan atau strategi pengobatan masih efektif terutama untuk P. falciparum. Pengobatan yang efektif untuk malaria masih merupakan pilihan strategi yang tepat untuk pengendalian malaria di Jawa Timur. Untuk pengendalian tingginya kasus import yang dilaporkan di jawa Timur dibutuhkan monitoring pergerakan penduduk yang baik dan terus menerus, sehingga pencegahan penyebaran dapat dilakukan tepat waktu. Untuk penemuan kasus dini dan pengobatan cepat, dapat dilakukan pengembangan peran serta masyarakat menggunakan metoda yang telah dikembangkan dan akan di-implementasikan di Purworejo.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Kembali
design
 
Process time: 0.015625 second(s)