Penggunaan tes Wartegg sebagai salah satu tes kepribadian yang cukup popular digunakan di Indonesia ternyata tidak diimbangi dengan pesatnya penelitian mengenai tes Wartegg tersebut. Hal ini terlihat dari masih banyaknya penggunaan data-data acuan interpretasi yang berasal dari luar Indonesia. Banyak peneliti melihat bahwa masalah teknik skoring yang rumit menjadi salah satu alasan mengapa penelitian mengenai tes Warteeg menjadi minim. Salah satu kritik muncul dari Prof. Alessandro Crisi yang menciptakan teknik skoring baru yang lebih sederhana. Melalui penggunaan lima kategori teknik skoring ciptaan beliau, yaitu the Evocative Character (CE), the Affective Quality (QA), Content, The Formal Quality (QF) dan the Frequency peneliti tertarik untuk melakukan analisis terhadap hasil gambar proyeksi yang dihasilkan oleh kelompok marginal (dalam hal ini anak jalanan). Dalam melakukan analisis, peneliti menggunakan kelompok pembanding, yaitu kelompok anak dengan rentang usia sama (10-15 tahun) tetapi bukan merupakan kelompok anak jalanan.Oleh karena itu rumusan masalah yang ingin dijawab oleh peneliti adalah “bagaimanakah dengan hasil gambar proyeksi anak jalanan?” ”Apakah menunjukkan perbedaan skor CE,QA,Content, QF dengan gambar proyeksi kelompok bukan anak jalanan?” Sebagai tambahan, peneliti juga melihat jawaban populer-original dan perbedaan respon di tiap rangsang.antara dua kelompok Diharapkan melalui analisis dengan teknik skoring baru tersebut dapat diperoleh gambaran kepribadian dari anak jalanan. Dalam penelitian ini, instrumen yang dipakai adalah lembar tes Wartegg yang diberikan kepada 60 subyek anak jalanan (usia 10-15) sedangkan untuk 60 subyek bukan anak jalanan diperoleh melalui peminjaman data dari Fakultas Psikologi. Sampel diambil dengan menggunakan teknik sampling convenience sampling dan menggunakan teknik analisis statistik independent t-test dan chi square. Berdasarkan pengujian statistik, pada hasil penelitian ditemukan bahwa hipotesis utama penelitian diterima yaitu bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil gambar tes Wartegg pada kelompok anak jalanan dengan kelompok bukan anak jalanan dilihat dari skor CE, QA, QF dan Content. Sedangkan untuk hipotesis tambahan, yaitu perbedaan respon rangsang didapatkan bahwa pada skor CE rangsang yang berbeda adalah rangsang 1,2,3,4,dan 5 sedangkan pada skor QA rangsang yang berbeda dalah rangsang 2,6,7,8. Melihat makna pada masing-masing skor diperlihatkan bahwa anak jalanan cenderung memiliki pengalaman emosional yang sempit, yang membuatnya menjadi tidak peka dan sulit untuk beradaptasi di lingkungan sosial. Mereka pada dasarnya memiliki kebutuhan untuk mengadakan kontak sosial namun karena adanya evaluasi diri yang negatif, pengalaman kekerasan yang dialami menyebabkan mereka menjadi sulit untuk beradaptasi dan berusaha mencari figur yang dapat memberikan perlindungan pada mereka (memiliki ketergantungan). Namun sisi positifnya adalah, anak jalanan memiliki pemecahan masalah yang kreatif dan lebih matang secara emosional dibanding kelompok bukan anak jalanan. Saran yang bisa diberikan mencakup saran praktis dan metodologis. Saran praktis adalah meningkatkan peran rumah singgah sebagai sarana yang membentuk perkembangan kognitif, emosi. Saran metodologis berkaitan dengan representasi sampel dan etika penelitian. |