Beberapa tahun belakangan ini, kita dapat melihat semakin banyaknya mal, plaza, dan pusat-pusat perbelanjaan di Jakarta. Pusat-pusat perbelanjaan ini menyediakan berbagai macam produk dengan beranekaragam pilihan dalam hal ukuran, bentuk, model, dan jenis. Pilihan yang tersedia mulai dari pakaian, sepatu, wig, kacamata, sampai suvenir dan kemasan untuk seserahan pernikahan, telepon selular, restoran, dan bengkel. Kondisi ini membuat konsumen dapat memuaskan berbagai macam keinginannya dalam hal barang dan jasa (Kassarjian & Robertson, 1991). Para remaja, terutama remaja yang bertaraf sosial ekonomi menengah ke atas, menghabiskan banyak waktu luangnya di pusat-pusat perbelanjaan (http://www.e-psikologi.com/remaja/191101.htm). Kenyataan ini terlihat pada meledaknya produk-produk khusus yang diciptakan dan ditujukan bagi remaja seperti produk kosmetik remaja (perawatan wajah dan tubuh, alat-alat rias wajah, dan lain-lain) dan majalah remaja (Seventeen, Cosmo Girl, Kawanku, Gadis, dan lain-lain) (http://www.swa.co.id/swamajalah/sajian/details.php?cid=1&id=2367). Remaja cenderung mementingkan penampilan dirinya agar lebih sesuai dengan peer group-nya, sehingga mereka dapat diakui dan diterima oleh kelompoknya. Penampilan diri yang sesuai dengan penampilan kelompok ini dapat meningkatkan self-esteem mereka (Papalia, Olds, & Feldman, 2001). Untuk melihat bagaimana self-esteem bisa memberikan kontribusi pada perilaku konsumsi remaja, maka diperlukan suatu penelitian. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta menyelenggarakan sebuah penelitian payung yang memiliki tema besar “Pola Aktifitas dan Perilaku Konsumsi Remaja Jakarta”, di mana salah satu obyek penelitiannya adalah mengenai self-esteem. Dalam penelitian ini digunakan sampel mahasiswa-mahasiswi Unika Atma Jaya Jakarta angkatan 2001 – 2004 sebanyak 805 orang untuk dimensi self-liking dan 794 orang untuk dimensi self-competence, di mana angkatan 2001 – 2004 masih termasuk kategori usia remaja akhir (18 – 21 tahun). Teknik sampling yang digunakan adalah proportionate stratified random sampling. Dalam penelitian ini digunakan alat tes Self-Liking/Self-Competence Scale-Revised Version (SLCS-R) dari Tafarodi dan Swann. Alat tes ini masih tergolong baru, sehingga perlu diuji secara psikometri. Metode psikometri yang digunakan adalah uji validitas item dan validitas dan reliabilitas tes. Uji validitas item dilakukan dengan teknik corrected item-total correlation dan confirmatory factor analysis. Uji validitas tes dilakukan dengan teknik confirmatory factor analysis. Sedangkan uji reliabilitas tes dengan menggunakan metode Coefficient Alpha.Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh kesimpulan bahwa ada delapan item yang baik. Masing-masing empat item untuk dimensi self-liking dan self-competence. Hasil uji validitas tes adalah kedua dimensi mengukur faktor yang berbeda dalam self-esteem, tetapi tetap saling terkait. Sedangkan hasil uji reliabilitas adalah secara umum alat ukur SLCS-R tidak memiliki tingkat konsistensi yang tinggi pada respon-respon terhadap tiap item dalam dimensi self-competence, tetapi memiliki tingkat konsistensi yang tinggi pada respon-respon terhadap tiap item dalam dimensi self-liking pada alat tes tersebut. |