Dunia wirausaha merupakan dunia yang paling diminati akhir-akhir ini, selain karena dunia wirausaha dianggap sebagai penunjang untuk meningkatkan laju perekonomian negara juga sebagai salah satu sektor yang dapat mengurangi tingkat pengangguran yang ada. Seiring dengan semakin diminatinya dunia kewirausahaan, maka semakin banyak pula penelitian-penelitian ilmiah yang mengambil dunia wirausaha sebagai topik penelitiannya. Faktor-faktor yang melatar belakangi keberhasilan seorang wirausahawan merupakan yang paling banyak diminati oleh kalangan peneliti, mulai dari tingkat pendidikan, urutan kelahiran, bahkan sampai pada faktor kepribadian yang dapat menunjang keberhasilan. Berkaitan dengan faktor kepribadian yang paling banyak dibahas dalam kaitannya dengan dunia wirausaha adalah kreatif dan inovatif. Menurut studi literatur yang dilakukan, kreatif mempunyai makna yang berbeda dengan inovatif. Bahkan menurut Amabile (1983) kreatif itu berarti munculnya gagasan-gagasan baru sedangkan inovatif berarti penerapan dari gagasan baru tersebut. Namun dalam penelitian ini hanya akan dititik beratkan pada faktor kreatifnya saja, hal ini disebabkan melalui studi literatur yang ada diketahui suatu inovasi tidak akan terjadi tanpa didahului dengan munculnya gagasan-gagasan baru atau dengan kata lain kreativitas. Menurut Kao (1989) dan beberapa ahli lainnya seperti Riyanti (2003), berpendapat bahwa wirausahawan itu identik sebagai seorang yang kreator dan inovator. Sehingga melalui pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar wirausahawan adalah seorang yang kreatif dan inovatif, dan yang dapat membedakan mereka satu sama lainnya hanya gaya berpikir kreatifnya saja.Berbicara mengenai gaya berpikir kreatif, mengantarkan kita pada teori mengenai adopsi-inovasi. Teori ini membahas bahwa semua orang itu dilahirkan kreatif adanya dan yang membedakan mereka satu sama lain hanyalah gaya berpikirnya saja. Teori ini mengenalkan kita pada gaya berpikir kreatif adaptif dan gaya berpikir kreatif inovatif. Melalui hasil penelitian yang dilakukan oleh Riyanti(2003), didapatkan hasil bahwa para wirausahawan di akarta dan Jogjakarta cenderung menggunakan gaya berpikir kreatif adaptif, tidak hanya itu saja adanya penelitian lain mengenai gaya berpikir kreatif ini menyebutkan bahwa secara umum wanita cenderung mempunyai skor mean yang lebih rendah dibandingkan dengan pria. Maka berdasarkan hal itulah peneliti tertarik untuk melihat bagaimanakah gambaran gaya berpikir kreatif yang terjadi antara wirausaha wanita dan pria. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sedangkan untuk alat ukur dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan alat ukur gaya berpikir kreatif Kirton (KAI) yang berbentuk kuesioner. Alat ukur KAI ini terdiri dari tiga dimensi, yaitu originality idea, efficiency, dan group conforming. Pada penelitian ini peneliti menggunakan tehnik uji coba terpakai, dimana pengambilan data hanya peneliti lakukan sekali saja. Setelah itu peneliti melakukan proses uji validitas dan reliabilitas data Dalam melakukan uji validitas, peneliti menggunakan perhitungan skor internal consistency dengan rumus korelasi Pearson. Sedangkan uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan metode Alpha Cronbach. Dari hasil uji reliabilitas dapat disimpulkan bahwa alat ukur KAI cukup reliabel menurut standar reliabilitas dari Guilford.Hasil penelitian secara keseluruhan, menunjuk kan bahwa skor mean gaya berpikir kreatif wirausahawan wanita lebih tinggi dibandingkan dengan para wirausahawan prianya. Hal ini juga terbukti melalui hasil uji beda (uji t) dimana hasil yang didapat ada perbedaan yang siginifikan dalam gaya berpikir kreatif antara wirausahawan pria dan wanita. Penelitian ini juga memberikan hasil tambahan, berupa analisa deskriptif gaya berpikir kreatif antara wirausahawan wanita dan pria ditinjau dari tingkat pendidikan, usia, lama usaha, omzet dan jenis usaha. Saran metodologis dari penelitian ini adalah untuk penelitian selanjutnya dapat digunakan pendekatan kualitatif, dimana dengan tehnik wawancara diharapkan hasil yang diperoleh akan semakin mendalam serta mencegah untuk terjadinya faking (berpura-pura agar terlihat baik) oleh subjek penelitian. Selain itu agar pada setiap variabel baik itu berdasarkan tingkat pendidikan, usia, dan lainnya jumlah sampel yang diambil merata/saimbang. Sehingga hasil enggeneralisasian akan semakin dapat menggambarkan populasi. Saran terakhir adalah untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk fokus pada suatu jenis usaha saja, agar hasil penelitian yang diperoleh lebih terfokus dan mendalam. Sedangkan saran praktis dari penelitian ini adalah, para wirausahawan diharapkan lebih dapat mengekspolrasi ide -ide mereka agar dapat lebih mencapai kemajuan usaha. |