Iklan merupakan salah satu alat promosi yang digunakan oleh perusahaan atau produsen untuk membantu peningkatan penjualan. Pentingnya iklan ini mendorong perusahaan atau produsen untuk menggunakan jasa agensi periklanan. Mereka hanya mencari agensi periklanan kreatif dan inovatif yang dapat mengkomunikasikan produk mereka. Iklan yang kreatif dan inovatif hanya dapat dihasilkan jika seluruh fungsional agensi periklanan seperti account planner, creative, research, dan media plannre and buyer berinovasi dalam menyusun dan mengaplikasikan advertising strategy. Inovasi sangat dibutuhkan agensi periklanan untuk menghadapi kompetisi dengan agensi lain dalam mendapatkan klien. Seluruh fungsional mampu berinovasi jika agensi periklanan memberikan kesempatan kepada mereka untuk berinovasi.Higgins (1995) menyebut kesempatan berinovasi yang diberikan agensi periklanan ini sebagai inovasi organisasi. Inovasi organisasi penting karena membantu menjual nama agensi periklanan di mata perusahaan klien. Inovasi organisasi yang dilakukan agensi periklanan digambarkan melalui kerjasama seluruh fungsional untuk menghasilkan iklan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan klien. Para staf fungsional menerapkan elemen marketing mix seperti product, price, place, dan promotion dalam advertising strategy mereka. Inovasi organisasi diterapkan dengan cara mengembangkan ketujuh karakteristik S inovasi organisasi di dalam agensi mereka. Ketujuh karakeristik S ini adalah strategy, structure, systems, style, staffs, dan skills. Inovasi organisasi sebagai bagian dari suatu organisasi tidak terlepas dari kebudayaan. Kebudayaan menggambarkan pola nilai, trait, tingkahlaku tertentu yang dilakukan oleh seluruh orang yang berada di suatu daerah tertentu. Hofstede (1980) mengukur kebudayaan melalui dimensi power distance, indvidualistic, uncertainty avoidance, dan masculinity. Berkaitan dengan penelitian kebudayaan dan rganisasi, Hoffman dan Hegarty (1993) melakukan penelitian yang menggunakan populasi penelitian berkebudayaan Barat dan inovasi organisasi yang dibagi menjadi inovasi administrative structures/systems dan product/markets. Penelitian mereka menyatakan bahwa ada pengaruh kebudayaan terhadap administrative structures/systems dan tidak ada pengaruh kebudayaan terhadap product/markets. Peneliti melihat bahwa ada hubungan antara kebudayaan dengan inovasi organisasi karena penelitian yang dilakukan oleh Hoffman dan Hegarty (1993) yang menjelaskan bahwa ada pengaruh ada pengaruh unsur kebudayaan terhadap inovasi administrative structures / systems (administrasi). Peneliti menggunakan variabel dimensi-dimensi kebudayaan Indonesia yang berbeda dengan kebudayaan Barat yang menjadi populasi penelitian Hoffman dan Hegarty (1993). Selain itu, inovasi organisasi yang digunakan oleh peneliti memiliki karakteristik inovasi organisasi yang berbeda dengan inovasi administrative structures / systems dan inovasi product / markets yang digunakan dalam Hoffman dan Hegarty (1993). Peneliti menggunakan variabel inovasi organisasi yang diajukan oleh Higiins (1995). Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian field study non-experimental dengan menggunakan teknik sampling accidental-nonrandom sampling dengan jumlah sampel sebanyak 58 orang. Peneliti menggunakan kuesioner Innovation Quotient dari James Higgins (Higgins, 1995) dan kuesioner Values Survey Module dari Hofstede (2006). Uji expert judgement-content validity dan internal consistency-construct validity pada alat ukur inovasi organisasi dengan hasil r pearson 0,260 sampai dengan 0,718 yang signifikan dengan a 0,05 serta uji alpha-cronbach reliability sebesar 0,915 yang signifikan dengan koefisien 0,7-0,8 (Nunally 1978). Peneliti menggunakan 25 item kuesioner inovasi organisasi yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Expert judgement dan face validity juga digunakan untuk menguji content validity kuesioner dimensi-dimensi kebudayaan menurut Hofstede yang telah diterjemahkan sebanyak 16 item. Teknik statistik korelasi Pearson product-moment digunakan untuk menguji hipotesa penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan antara setiap dimensi kebudayaan menurut Hofstede dengan inovasi organisasi pada agensi periklanan. Uji statistik menerima hipotesa yang menyatakan bahwa ada hubungan signifikan antara dimensi kebudayaan power distance dengan inovasi organisasi pada agensi periklanan dengan koefisien korelasi -0,365. Hal ini berarti bahwa ada hubungan signifikan yang berlawanan antara index dimensi kebudayaan power distance menurut Hofstede denganinovasi organisasi pada agensi periklanan. Semakin rendah index dimensi kebudayaan power distance, semakin tinggi inovasi organisasi agensi periklanan. Skoring kuesioner Values Survey Module dari Hofstede (2006) menyatakan bahwa staf agensi periklanan Indonesia memiliki dimensi kebudayaan power distance sebesar 19, 7414; indvidualism -171,2414; uncertainty avoidance 71, 9828, dan masculinity -7,2414. Skoring inovasi organisasi mengkategorikan inovasi organisasi agensi periklanan dalam penelitian sebesar 98,1552 dengan mean teoritis 87,5 dan z score 0,6562 dapat dikategorikan tingkat sedang mengarah ke tinggi. Peneliti menyimpulkan bahwa inovasi organisasi yang sedang mengarah ke tinggi ini berhubunga n dengan dimensi kebudayaan power distence Indonesia yang rendah. |