Era globalisasi dan krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia menyebabkan perusahaan berusaha memaksimalkan sumber daya manusia yang dimilikinya agar dapat memberikan hasil yang optimal secara efisien. Oleh karena itu sangatlah penting bagi suatu organisasi untuk mengusahakan agar para karyawannya memiliki kepuasan kerja yang tinggi. Tiga hal yang dipengaruhi oleh kepuasan kerja karyawan yaitu produktivitas, tingkat absensi, dan turnover (kepindahan karyawan). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja dapat digolongkan menjadi tiga faktor utama yaitu faktor organisasi, faktor yang berhubungan dengan pekerjaaan, dan faktor karakteristik personal. Faktor organisasi terdiri dari sistem penggajian, sistem promosi, dan supervisi (atasan). Faktor yang berhubungan dengan pekerjaan adalah karakteristik pekerjaan, kondisi kerja, serta rekan kerja. Sementara itu faktor karakteristik personal adalah jenis kelamin, usia, pendidikan, kepribadian, masa kerja, serta faktor etnis dan kebudayaan.Dari faktor-faktor tersebut, faktor atasan (pemimpin) merupakan faktor yang berpengaruh, karena dapat meningkatkan kepuasan kerja dengan pemberian gaji, kesempatan kerja, dan kepercayaan, serta keterlibatan akan pengambilan keputusan. Dikatakan oleh Hughes, Ginnet, & Curphy (2002), bahwa model kepemimpinan Path-Goal merupakan model yang paling ‘berpengalaman’ dan komprehensif diantara model kepemimpinan lainnya. Dalam memutuskan gaya kepemimpinan yang akan digunakan, ada dua Contingency Factors yang harus dipertimbangkan, yaitu lingkungan kerja secara umum dan karakter spesifik karyawan dimana pemimpin harus menilai tiga variabel signifikan pada tiap karyawan. Tiga variabel tersebut adalah: Locus of control, willingness to accept the influence of others (kemauan untuk menerima pengaruh dari luar), dan elf-perceived task ability (persepsi akan kemampuan diri). Karyawan dengan locus of control eksternal percaya bahwa kesempatan, takdir atau dorongan dari luar adalah faktor utama dari peristiwa dalam hidup, dan gaya kepemimpinan directive akan memberikan kepuasan karena mensejajarkan perasaan pekerja yang menganggap dorongan dari luar yang mengontrol keadaan mereka (Northouse, 2004). Walaupun demikian, Northouse juga menyatakan hasil penelitian selama ini terhadap gaya kepemimpinan directive pada karyawan dengan locus of control eksternal tidak ditemukan adanya hasil yang konsisten. Oleh karena itu melihat adanya pertentangan pendapat tersebut maka peneliti akan mencoba melihat apakah terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan directive dengan kepuasan kerja pada karyawan dengan locus of control eksternal. Subjek dari penelitian ini adalah buruh di sebuah pabrik sepatu yang terletak di Tangerang. Subjek ini dipilih karena di Indonesia sektor industri manufakturing memegang peranan yang teramat penting dalam pertumbuhan ekonomi bahkan menyumbang jumlah penyerapan tenaga kerja yang terbesar yaitu mencapai 105 juta jiwa pada tahun 2005 (www.bps.go.id). Selain itu, jenis gaya kepemimpinan direktif merupakan gaya yang paling banyak diterapkan pada buruh, mengingat industri manufakturing menekankan pada persamaan kualitas dan sistem pengerjaan tugas yang terstruktur dan terpola dengan jelas (Vaughn, 1985). Mengingat pentingnya peranan buruh dalam perkembangan ekonomi, maka peneliti tertarik untuk melihat hubungan antara gaya kepemimpinan directive atasan dengan kepuasan kerja pada karywan dengan locus of control eksternal.Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling dan metode kuesioner. Untuk mengukur locus of control eksternal, peneliti menggunakan skala internal-eksternal (I-E Scale). Untuk mengukur kepuasan kerja, peneliti menggunakan modifikasi dari alat ukur MSQ dan untuk mengukur gaya kepemimpinan direktiff atasan, peneliti menggunakan kuesioner yang disusun berdasarkan ciri-ciri gaya kepemimpinan direktif menurut Robbins (2003) dan Northouse (2004). Dalam pengujian hipotesa, peneliti menggunakan metode perhitungan Pearson Product Moment. Pengujian validitas, realibilitas, dan hipotesa menggunakan bantuan program komputer yaitu program SPSS versi 13.00.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara gaya kepemimpinan direktif atasan dengan kepuasan kerja pada karyawan yang memiliki locus of control eksternal.. Saran teoritis yang dapat diberikan oleh peneliti adalah agar penelitian selanjutnya melengkapinya dengan metode wawancara, memperbanyak subjek penelitian, dan melakukan penelitian pada variabel-variabel lain yang berhubungan dengan kepuasan kerja karyawan, misalnya dengan kesempatan promosi, kesempatan untuk mengembangkan kemampuan personal, pengakuan, tanggungjawab dan prestasi. Saran praktis yang dapat diberikan adalah agar perusahaan tanggap terhadap faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepuasan kerja. |