Anak jalanan sering hidup dan berkembang dibawah stigma atau cap sebagai penggangggu ketertiban, sehingga masyarakat kerap memilki pandangan yang dominan yang menempatkan mereka sebagai pelaku tindak kekerasan. Kerasnya kehidupan jalanan membuat mereka belajar dari orang dewasa bahwa dengan melakukan kekerasan mereka bisa bertahan hidup. Anak jalanan tidak hanya merupakan pelaku kekerasan, namun mereka juga kerap mendapatkan kekerasan dari orang-orang yang berada di sekitar mereka, yang diharapkan mampu menjadi pelindung. Sehingga dapat dikatakan bahwa agresivitas yang dilakukan anak jalanan muncul karena sebelumnya mereka juga mendapatkannya dari orang lain, jadi tingkah laku tersebut ditampilkan karena ia belajar dari orang lain. Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana pembentukan agresivitas pada anak jalanan berdasarkan teori observational learning. Penelitian ini menggunakan teori dari Bandura (1973). Dimana Bandura mengatakan bahwa belajar dapat dilakukan melalui model yang disebut dengan observational learning. Bandura mengungkapkan bahwa dalam pembentukan agresivitas berdasarkan observational learning, melalui empat proses yang satu sama lain saling berkaitan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jumlah subyek dalam penelitian ini adalah 3 orang anak jalanan. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman, yang dibuat sesuai dengan teori yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab munculnya agresivitas pada anak jalanan disebabkan karena adanya pengaruh dari lingkungan, dimana kehidupan jalanan membuat mereka harus belajar dari model untuk bisa bertahan di jalanan. Sumber dari agresivitas yang terjadi adalah orang-orang di sekitar mereka. Perasaan dihina, diremehkan, sering dipalak, diperlakukan tidak adil dan semena-mena merupakan pendorong munculnya agresivitas. Agresivitas menjadi semakin kuat karena hubungan pertemanan yang semakin baik, pujian dan perlindungan yang didapatkan, merasa bangga, dihargai, dan dianggap keberadaan dan kemampuannya. Proses pembentukan agresivitas yang terjadi diawali dengan rasa tertarik yang kemudian membuat mereka memperhatikan tingkah laku yang dilakukan model. Kemudian tingkah laku tersebut diingat, disamping pesan-pesan yang diberikan model bila mereka sedang berada dibawah tekanan. Kemudian tingkah laku tersebut mereka amati, dan kemudian diperkuat karena mendapatkan feedback langsung dari model. Tingkah laku agresif ini muncul karena mereka memperhatikan efek positif yang didapatkan model saat melakukan agresivitas sehingga membuat mereka menjadi termotivasi. Saran untuk penelitian selanjutnya yang akan meneliti mengenai agresivitas pada anak jalanan, diharapkan untuk menggunakan teori lain yang lebih kuat dan lebih bisa menjelaskan pembentukan agresivitas pada anak jalanana secara lebih detil. Hal ini disebabkan karena pada observational learning teori, seseorang menirukan tingkah laku model karena ia merasa tertarik dan kemudian mengamati tingkah laku tersebut, lalu mengingatnya, dan ditampilkan dengan diperkuat oleh efek positif yang diperoleh model. Sedangkan agresivitas yang dilakukan oleh anak jalanan, bukan sematamata karena mereka hanya mengamati model, namun mereka juga mengalami langsung agresivitas tersebut. |