Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil dari banyak penelitian yang memprediksi bahwa jumlah lansia di Indonesia akan bertambah banyak secara drastis, yaitu lebih dari 400 persen pada tahun 2025 menjadi 40 - 70 juta jiwa. Sementara, sampai saat ini belum ada usaha-usaha untuk mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin timbul berkaitan dengan lansia. Masalah ini dapat timbul mengacu pada karakteristik fisik dan psikologis lansia yang rentan dan cenderung kurang stabil. Khususnya, pada aspek psikologis, lansia mudah mengalami kesepian, terasing dari lingkungan, ketidakberdayaan, kurang percaya diri, ketergantungan, keterlantaran terutama bagi lansia yang miskin, dan post power syndrome. Kehilangan perhatian dan dukungan dari lingkungan sosial dapat menimbulkan konflik atau keguncangan emosional dalam diri lansia.Untuk mencegah gangguan di atas, lansia selalu berusaha untuk menjaga aktivitas, relasi dan jaringan sosial mereka. Kecenderungan ini dapat menjadi suatu ekspresi dari ketergantungan mereka terhadap keberadaan orang lain di sekitar mereka. Interpersonal dependency dengan sendirinya merupakan hal yang tidak disadari menjadi bagian dalam kehidupan lansia. Intepersonal dependency ini mendorong lansia untuk menjaga hubungan dengan orang lain agar ia memperoleh dukungan dan bantuan dari orang lain tersebut. Hal ini menjadi suatu cara bagi lansia untuk menikmati hidupnya, karena lansia tersebut dapat merasa ia akan selalu memperoleh bantuan pada saat ia mengalami suatu masalah. Perasaan tenang ini dapat membuat lansia lebih puas terhadap hidupnya. Gambaran kualitas hidup (quality of life) lansia diharapkan dapat menjadi acuan untuk mengetahui hal-hal yang merupakan masalah dalam kehidupan lansia. Quality of life (QoL) ini merupakan suatu gambaran tingkat kepuasan individu terhadap berbagai faktor dalam hidupnya, yaitu terhadap aspek kesehatan fisik, psikologis, relasi sosial dan lingkungan.Penelitian non-eksperimental ini berusaha melihat hubungan antara interpersonal dependency dengan quality of life pada lansia di panti werda. Populasi penelitian ini adalah lansia di panti werda di DKI Jakarta, berusia 65 tahun ke atas, dan masih dapat berjalan sendiri. Proses pengambilan data dilakukan dengan mengadministrasikan kuesioner kepada 62 orang sampel penelitian yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Berdasarkan korelasi Pearson Product Moment diperoleh hasil bahwa interpersonal dependency berhubungan secara signifikan pada domain relasi sosial dari QoL, dan interpersonal dependency tidak berhubungan secara signifikan dengan domain kesehatan fisik, psikologis dan lingkungan dari QoL. Pada hubungan interpersonal dependency dengan domain relasi sosial, ditemukan hasil bahwa semakin besar skor interpersonal dependency maka semakin besar pula skor domain relasi sosial. Hasil tambahan menemukan bahwa secara lebih spesifik, domain cognitive dari interpersonal dependency berhubungan dengan domain relasi sosial dari QoL. Hal ini menandakan adanya hubungan antara persepsi diri yang tidak berdaya dengan relasi sosial. Persepsi diri yang tidak berdaya ini membuat lansia tersebut menjadi tergantung kepada orang lain yang dianggap lebih berkuasa dan dapat mengendalikan situasi. Ketika kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain terpenuhi, maka lansia merasa lebih aman dan tenang. Hal ini dapat menyebabkan lansia tersebut merasa puas pada aspek relasi sosial.Penelitian ini memberikan saran praktis yang dapat bermanfaat untuk berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan terhadap lansia, serta bagi lansia itu sendiri. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada Komisi Nasional Lanjut Usia dan Departemen Sosial untuk dapat meningkatkan pelayanan dan peningkatan kesejahteraan bagi lansia di Indonesia. Juga untuk pengelola dan pengurus Panti Werda, diharapkan semakin menciptakan suasana yang akrab dan bersahabat bagi sesama penghuni panti werda, sehingga semakin kecil kemungkinan bagi lansia untuk mengalami gangguan psikologis. Selain itu, diharapkan juga bagi pihak keluarga untuk mendukung setiap aktivitas yang diminati oleh lansia, sejauh kegiatan tersebut cukup relevan dengan kondisi kesehatan fisik lansia. |