Jumlah pengidap HIV/AIDS di Indonesia semakin meningkat dengan penyebarannya yang meliputi berbagai lapisan. Ada lima gelombang dalam penularan virus HIV, yaitu dari kelompok homoseksual dan pengguna narkoba, lalu pekerja seks komersial, kemudian para laki-laki pelanggan mereka. Setelah itu mereka menulari para istri dan pacar mereka, yang pada gilirannya melahirkan bayi-bayi yang juga terinfeksi HIV (Arifin, 2005). Perempuan memiliki kerentanan terinfeksi HIV/AIDS, hal tersebut dipengaruhi oleh faktor biologis, ketidakadilan gender, sosial, ekonomi dan kultural (Aditya, 2005). Alasan penelitian ini dilakukan karena para ibu yang berada pada gelombang ke-empat penularan HIV/AIDS tersebut, dari segi kuantitas bukan sebagian besar dari total jumlah kasus HIV/AIDS yang dilaporkan, akan tetapi dari segi kualitasnya, mereka menyandang stigma seumur hidup terutama dari lingkungannya, kehilangan masa depan, dan kehilangan hak bereproduksi. Akibat yang terakhir terjadi bila seorang perempuan mengidap HIV maka ia akan beresiko besar menghasilkan anak-anak yang mengidap HIV juga (Yayasan Jurnal Perempuan, 2005). Perempuan yang mengandung mengalami sejumlah besar perubahan secara fisik dan emosional (Eisenberg,1996). Terlebih lagi bila mereka mengetahui diri mereka mengidap HIV pada masa kehamilan tersebut. Kondisi-kondisi tersebut akan mendatangkan stress bagi individu. Tentunya juga banyak cara untuk menghadapi kondisi tersebut, yang disebut coping stress. Penelitian ini menggunakan teori stress Charlesworth & Nathan (1984) dan coping stress dari Carver, Scheier & Weintraub (1989) untuk menjelaskan perilaku perempuan hamil pengidap HIV. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan mengambil dua orang subyek. Metode utamanya adalah wawancara, dengan metode pendukung adalah observasi. Hasil yang ditemukan pada para subyek adalah terdapat lima jenis stressor, yaitu change stressor, decision stressor, emotional stressor, family stressor dan social stressor. Sedangkan jenis coping yang mereka gunakan beragam, tetapi yang paling dominant adalah emotional-focused coping. Hal tersebut dikarenakan stressor yang mereka hadapi relatif tidak dapat diubah.Pada penelitian ini, subyek berada pada fase awal siklus AIDS dan tertular dari suami mereka. Maka disarankan agar dilakukan penelitian pada fase-fase AIDS yang lain dan pada subyek yang memiliki latar balakang penyebab tertular HIV yang berbeda. Pada akhir penelitian ini juga diberikan saran praktis bagi para subyek. |