Kemiskinan merupakan masalah yang akrab dengan kehidupan kita baik sebagai warga negara Indonesia maupun sebagai penduduk Jakarta, sehingga bukan hal yang aneh lagi apabila kita melihat anak–anak mengamen atau meminta-minta uang di pinggir jalan. Kehidupan yang penuh kekurangan yang dialami anak miskin ini akan memberikan pengaruh terhadap pembentukan kepribadiannya. Hal ini dapat terjadi karena lingkungan (kemiskinan) memberikan andil terhadap nilai-nilai ideal dan budaya yang dimiliki anak. Nilai ideal dan budaya inilah yang akan membentuk superego dan akhirnya mempengaruhi pembentukan kepribadian anak.Namun tidak semua anak miskin tinggal dengan orangtuanya, ada beberapa orangtua yang sengaja menitipkan anaknya di panti asuhan karena kemiskinan yang dimilikinya. Melihat besarnya angka kemiskinan dan adanya dua lingkungan berbeda yang dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak miskin maka peneliti ingin melihat apakah ada perbedaan gambaran kepribadian antara anak miskin yang tinggal di panti asuhan dan yang tinggal dengan orangtuanya?Untuk melihat perbedaan gambaran kepribadian ini peneliti menggunakan Fairy Tale Test yang terdiri atas 29 subscale. Sedangkan teori kepribadian yang peneliti gunakan adalah teori kepribadian Freud. Karakteristik sampel pada penelitian ini adalah anak miskin yang berusia 7-12 tahun yang tinggal di panti asuhan dan yang tinggal dengan orangtuanya. Jumlah sampel yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah 21 orang untuk kelompok anak miskin yang tinggal di panti asuhan dan 13 orang untuk kelompok anak miskin yang tinggal dengan orangtuanya.Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hasil terdapat perbedaan gambaran kepribadian antara anak miskin yang tinggal di panti asuhan dan anak miskin yang tinggal dengan orangtuanya pada subscale Need for Affiliation, Need for Protection, Repetition dan Bizzare Response dan tidak terdapat perbedaan pada subscale Ambivalence, Desire for Material Things, Self-Esteem, Morality, Desire for Superiority, Sense of Property or Ownership, Aggression as Dominance, Aggression Type A, Aggression Type B: Aggression as Defense, Aggression Type B: Aggression as Envy, Aggression Type B: Aggression as Retaliation, Oral Aggression, Fear of Aggression, Oral Needs, Desire to Help, Need for Affection, Anxiety, Depression, Relationship with Mother, Relationship with Father, Sexual Preoccupation, Adaptation to Fairy Tale Content, Responses, Need for Approval, Instrumental Aggression dan Sense of Privacy. Melalui hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa defense mechanism yang sering digunakan oleh anak miskin yang tinggal di panti asuhan adalah rationalization sedangkan anak miskin yang tinggal dengan orangtuanya lebih sering menggunakan denial.Melalui hasil penelitian ini, didapatkan kesimpulan bahwa anak miskin yang tinggal di panti asuhan dan yang tinggal dengan orangtuanya sama-sama memiliki kebutuhan materi dan kasih sayang yang tinggi (id). Selain itu mereka juga sama-sama memiliki superego yang tinggi tetapi dengan kemampuan ego yang lemah. Akhirnya kondisi ini mendatangkan konflik di dalam diri anak miskin dan membuat mereka melakuakan defense mechanism |