Anda belum login :: 23 Nov 2024 14:26 WIB
Detail
BukuPerbedaan Kreativitas Berdasarkan Pengalaman Musikal pada Anak dalam Periode Middle Childhood
Bibliografi
Author: Maria, Meliza ; DANNY IRAWAN YATIM (Advisor)
Topik: Musik; Kreativitas
Bahasa: (ID )    
Penerbit: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya     Tempat Terbit: Jakarta    Tahun Terbit: 2006    
Jenis: Theses - Undergraduate Thesis
Fulltext:
Ketersediaan
  • Perpustakaan Pusat (Semanggi)
    • Nomor Panggil: FP-871
    • Non-tandon: tidak ada
    • Tandon: 1
 Lihat Detail Induk
Abstract
Kreativitas penting dimiliki guna pertumbuhan dan keberhasilan seseorang. Seorang anak yang kreatif merupakan sumber daya manusia berkualitas yang bermakna.Komponen kreativitas pada dasarnya dimiliki semua orang, tetapi perlu ditemukan dan dirangsang sejak usia dini. Hal ini penting dilakukan dengan tujuan mengoptimalkan kualitas yang ada pada diri seseorang.Pada prakteknya ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengasah dan mengembangkan kreativitas. Pelatihan musik merupakan salah satu cara yang dapat digunakan. Musik merupakan fasilitas pengasah dan pengembang yang global. Maksudnya setiap manusia merupakan mahluk musical, yang pastinya mengenal musik. Musik tidak mengenal usia, jenis kelamin, golongan, maupun kebudayaan. Dengan alasan inilah maka musik dipilih sebagai metode yang tepat, karena musik tidak terikat oleh penggolongan apapun.Beberapa penelitian mengenai adanya hubungan antara kreativitas dan musik telah dilakuan. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Simpson (1969). Penelitian tersebut menyatakan bahwa siswa yang berasal dari sekolah musik menghasilkan skor kreativitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang berasal dari sekolah non musik.
Penelitian lain mengenai musik dan kreativitas adalah yang dilakukan Vaughn & Myers (1971), yang menemukan bahwa kreativitas tidak bisa diperoleh dengan hanya mendengarkan musik sebentar saja. Ada proses yang harus berjalan sebelum mencapai tujuan tersebut. Maksudnya, tujuan tidak bisa langsung tercapai saat seseorang mendengar musik, tetapi hal tersebut harus dilakukan secara kontinu (Wolff, 1979).Proses pembelajaran manusia itu sendiri tidak ada batasnya. Manusia dapat memulai untuk belajar dari usia berapapun. Meskipun ada rentang-rentang usia tertentu yang dianggap sebagai rentang kritis dalam proses belajar. Dalam rentang kritis tersebut proses belajar dapat menjadi suatu hasil yang optimal. Maka ada baiknya proses tersebut dimulai sedini mungkin. Dalam jurnalnya Arasteh(1968) mengemukakan bahwa ada 4 periode kritis sehubungan dengan perkembangan kreativitas seorang individu. Rentang usia yang efektif untuk pembelajaran musik adalah fase middle childhood. Middle childhood adalah sebuah tahap pertumbuhan manusia yang rentangnya adalah pada usia 6 – 12 tahun. (Papalia, Human Development, 1998).
Bila dikaitkan dengan musik anak usia 7 tahun adalah usia rata-rata potensi musik pada anak untuk mulai berpartisipasi sebagai pemain, kreator dan audiens, Gardner dan Gordon (1973, 1983, 1989). Juga pada usia 9 tahun dikatakan adalah tahap perkembangan yang penting, karena sampai usia inilah bakat musik berkembang, Gordon (1989).Dengan pertimbangan diatas, maka fase middle childhood dipilih sebagai fase yang paling ideal bagi penelitian ini.Setelah memaparkan sejumlah penelitian mengenai kreativitas dan musik, kemudian peneliti ingin mengetahui apakah hasil-hasil penelitian tersebut bisa digeneralisasikan juga di Indonesia? Dengan latar belakang budaya yang berbeda, apakah hasil penelitian akan tetap demikian? Dalam penelitian ini sampel akan diambil dengan menggunakan teknik non-probability sampling. Adapun jenisnya adalah purposive sampling. Dengan teknik ini peneliti secara subjektif memilih sampel berdasar pada suatu tujuan / fenomena tertentu (Galloway, 2001).
Penelitian ini bersifat korelasional, dengan maksud mengetahui besarnya hubungan antara 2 fenomena atau lebih (Hadi, 1988). Selain itu penelitian ini termasuk dalam penelitian non eksperimental, Karena subjek terseleksi dengan sendirinya, memiliki karakteristik tertentu, tidak dilakukan manipulasi, dan peneliti menerima kelompok yang sudah ada (Kumar, 1999). Apabila didasarkan pada tujuannya, penelitian ini tergolong sebagai penelitian deskriptif komparatif. Disebut demikian karena penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat dari suatu individu, keadaan tertentu, atau untuk menentukan frekuensi/ penyebaran dari suatu gejala (Selitiz dalam Koentjaraningrat, 1990). Disebut komparatif karena penelitian ini bertujuan untuk membandingkan 2 kelompok atau lebih.
Berdasarkan hasil uji perbedaan T – test : case II, Independent means, dengan taraf signifikansi sebesar 5%, maka hasil dari penelitian ini adalah ada perbedaan yang signifikan pada nilai creativity quotient antara anak yang berespon aktif dan yang berespon pasif terhadap musik.Pada penelitian ini, peneliti menemukan beberapa hal yang sebaiknya lebih diperhatikan apabila akan melakukan penelitian serupa. Teknik pengambilan sampel sebaiknya dipilih yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya bias. Selain itu, ada baiknya juga memperhatikan factor-faktor lain dalam karakteristik sampel. Dengan demikian hasilnya akan lebih representatif untuk kelompok sampel yang digunakan. Masalah teknis, seperti efisiensi waktu dalam pengambilan data juga harus dipersiapkan lebih matang.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Lihat Sejarah Pengadaan  Konversi Metadata   Kembali
design
 
Process time: 0.1875 second(s)