Anda belum login :: 17 Feb 2025 08:19 WIB
Detail
BukuHubungan antara Social Support dan Stres Pada Polisi Lalu Lintas (Studi Pada Polisi Lalu Lintas Wilayah Kerja Semanggi, Jalan Sudirman, dan Jalan Thamrin – Jakarta)
Bibliografi
Author: Paramita, Widia ; Partasari, Wieka Dyah (Advisor)
Topik: social support; stres; dewasa madya; Polisi Lalu Lintas
Bahasa: (ID )    
Penerbit: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya     Tempat Terbit: Jakarta    Tahun Terbit: 2006    
Jenis: Theses - Undergraduate Thesis
Fulltext:
Ketersediaan
  • Perpustakaan Pusat (Semanggi)
    • Nomor Panggil: FP-860
    • Non-tandon: tidak ada
    • Tandon: 1
 Lihat Detail Induk
Abstract
Usia dewasa madya (40–65 tahun) merupakan masa-masa yang rentan terhadap stres (Papalia, 2002). Suatu masa yang seringkali diisi dengan tanggungjawab yang berat, dan beragam tuntutan peran seperti menjaga rumah tangga, membesarkan anak, merawat orangtua yang lanjut usia, atau memulai kehidupan karir yang mapan. Hal-hal seperti ini dirasakan mereka juga sebagai perjalanan hidup mencapai kesuksesan termasuk menyeimbangkan antara hubungan sosial dan pekerjaan (Papalia, 2002). Polisi merupakan salah satu pekerjaan yang memiliki resiko tinggi terhadap timbulnya stres (Sarafino, 1994). Unsur POLRI yang mempunyai fungsi operasional melaksanakan kegiatan di bidang pengendalian lalu lintas adalah Polisi Lalu Lintas atau Polantas (“Tugas Pokok”, 2004). Tuntutan pekerjaan Polisi Lalu Lintas, membuat mereka tetap siaga memenuhi panggilan tugas bekerja dalam lingkungan yang padat polusi dan kebisingan, termasuk pada hari libur. Hal ini seringkali membuat mereka melewatkan waktu bersama keluarga, dan orang-orang sekitarnya. Ada perbedaan pandangan tentang peran social support terhadap stres. Goldberger & Bernitz (1982), LaRocco, et. al. dalam Sarafino (1994), Sarason (1990), menyatakan bahwa social support sebagai salah satu cara untuk menghadapi stres. Namun Terry et, al. (1995), Sheridan (1992), mengungkapkan bahwa social support justru dapat meningkatkan stres.
Penelitian ini hendak mengangkat permasalahan apakah ada hubungan yang signifikan antara social support dan stres pada Polisi Lalu Lintas di Jakarta. Selanjutnya, bila ada hubungan antara social support dengan stres, dilihat lebih lanjut bagaimana hubungan tersebut, termasuk hubungan tangible support, appraisal support, belonging support, dan self-esteem support dengan stres. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan metode kuantitatif. Subyek penelitian adalah Polisi Lalu Lintas berusia 40 – 55 tahun, bekerja sebagai Polisi Lalu Lintas minimal 1 tahun, dan telah menikah. Penelitian ini merupakan penelitian dengan mengambil data try-out terlebih dahulu di beberapa Kepolisian Resort, dan sampel sesungguhnya adalah Polisi Lalu Lintas wilayah kerja Semanggi, Jalan Sudirman, dan Jalan Thamrin. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment.Pengukuran social support menggunakan ISEL (Interpersonal Support Evaluation List) 40-item (Cohen, 1985). Skala ini terdiri atas 4 domain, yaitu tangible support, appraisal support, belonging support, dan self-esteem support. Dari hasil uji reliabilitas didapatkan nilai koefisien reliabilitas sebesar 0.8197.Pengukuran stres menggunakan alat ukur yang dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada stressor-stressor Polisi Lalu Lintas berdasar Law Enforcement Critical Live Events Scale oleh Sewell (1990) yang telah diadaptasi oleh Wasono (2004), hasil wawancara peneliti dengan Polisi Lalu Lintas di wilayah kerja Semanggi, Jalan Sudirman, dan Jalan Thamrin, dan berdasar Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas Polri di Lapangan, (1998), serta menggabungkannya dengan dampak stres pada fisiologis, psikologis, dan tingkah laku (Greenberg, 2002). Dari hasil uji reliabilitas didapatkan nilai koefisien reliabilitas sebesar 0.8466.Hasil penelitian menyimpulkan ada hubungan positif yang signifikan antara social support dan stres sebesar 0.48 pada Polisi Lalu Lintas wilayah kerja Semanggi, Jalan Sudirman, dan Jalan Thamrin – Jakarta. Hubungan positif siginifikan juga berlaku pada hubungan antara tangible support dan stres sebesar 0.49, hubungan antara appraisal support dan stres sebesar 0.35. Hal ini diartikan bahwa semakin banyak social support yang diterima subyek, maka semakin tinggi pula stres yang dialaminya, demikian pula sebaliknya. Sedangkan hubungan positif namun tidak signifikan terdapat pada hubungan belonging support dengan stres sebesar 0.34, dan hubungan self-esteem support dengan stres sebesar 0.1. Dari sini nampak bahwa peran social support terhadap stres dipengaruhi oleh kedekatan, hubungan timbal balik, dan adanya rentang pilihan (Terry et, al.,1995,dan Sheridan, 1992). Kedekatan dengan pihak lain dapat saling menularkan stres. Hubungan timbal balik, bahwa individu merasa terbebani untuk engembalikannya suatu saat bila mendapat social support dari pihak lain. Social support yang diterima dari pihak lain atas suatu permasalahan yang tengah dialami individu berupa pilihan atau alternatif pemikiran, dapat membuatnya stres. Adapun faktor-faktor yang diduga turut mempengaruhi stres dan social support individu yang memandang dirinya mampu menghadapi stres, mempunyai kemampuan adaptasi kurang baik, overload, menyebabkan mereka stres karena energi yang terus-menerus digunakan.Agar Polisi Lalu Lintas ini dapat mengurangi stresnya, maka bentuk support yang dihindari adalah tangible support, dan appraisal support. Secara metodologis, penelitian lanjut dapat menggunakan alat ukur social support lain, melakukan penelitian kualitatif guna mendapat keterangan lebih jelas kemungkinan adanya jenis-jenis social support selain yang terukur dalam penelitian, dan stres yang dialami.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Lihat Sejarah Pengadaan  Konversi Metadata   Kembali
design
 
Process time: 0.1875 second(s)