Friendster adalah sebuah situs jaringan sosial yang diluncurkan oleh Jonathan Abrams dan beberapa pendukungnya seperti Kleiner Perkins Caufield & Byers, Benchmark Capital, dan Battery Ventures pada tahun 2002 (www.Friendster.com). Kemunculannya menarik minat banyak orang terutama para kaum remaja, hal ini terbukti bahwa kini pengguna Friendster telah mencapai jumlah 24 juta orang yang tersebar di berbagai belahan dunia. Tujuan dari kebanyakan orang yang bergabung dalam Friendster adalah untuk mengumpulkan teman dalam jumlah yang besar. Terdapat berbagai motivasi yang melandasi tujuan tersebut, yaitu untuk menjadi populer, likeable , dan yang paling sederhana adalah untuk mengembangkan jaringan pertemanannya (http://techhouse.brown.edu/~alex/Thesis_Compiled.doc.). Dengan menggunakan strategi Self Promotion, seorang user me mpresentasikan dirinya melalui user profile untuk mencapai tujuan tersebut. Seorang user melakukan Self Promotion dengan menonjolkan aspek-aspek yang paling dominan dan menarik dari “self” untuk ditampilkan di dalam user profile dan dalam interaksinya dengan para user lain. Perilaku ini berkaitan dengan Self Concept yang dimiliki oleh user, pengaruh lingkungan membentuk individu untuk memilah aspek dari Self Concept mana yang “pantas” dan juga “menarik” untuk dipromosikan saat individu mempresentasikan dirinya kepada orang lain. Secara teoritis, motivasi dan kontekstual yang terdapat dalam Self Presentation yang dilakukan oleh seorang individu menentukan Self Concept yang dimilikinya (Rhodewalt, 1986). Dalam kenyataannya, terdapat beberapa perbedaan-perbedaan motivasi dan kontekstual yang melatari Self Presentation antara pengguna Friendster dan bukan pengguna Friendster. Hal ini mengarahkan kerangka berpikir teoritis Peneliti bahwa terdapat juga perbedaan Self Concept antara pengguna dan bukan pengguna Friendster. Perbedaan Self Concept ini mengarahkan Peneliti kepada asumsi bahwa terdapat jugaperbedaan Self Esteem antara dua kelompok tersebut, hal ini dikatakan demikian karena Self Esteem itu sendiri merupakan penilaian dan evaluasi seseorang terhadap Self Concept yang dimiliki individu (Franzoi, 2003). Menurut Tafarodi dan Swann (2001), terdapat dua dimensi yang mendasari Self Esteem, yaitu Self Competence dan Self Liking. Berdasarkan abstraksi singkat ini, Peneliti akan melakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada perbedaan Self Competence dan Self Liking antara pengguna Friendster dan bukan pengguna Friendster. Populasi penelitian ini merupakan remaja di Jakarta. Penelitian ini mengambil sampel pada mahasiswa dan mahasiswi Unika Atmajaya angkatan 2001 sampai angkatan 2004, berumur 18-22 tahun, dan masih aktif mengikuti kegiatan perkuliahan. Variabelvariabel dalam penelitian ini yaitu Self Esteem (Self Competence dan Self Liking) sebagai variable 1, sedangkan pengguna dan bukan pengguna Friendster sebagai variable 2. Pengukuran Self Esteem ini dilakukan menggunakan alat ukur SCLS-R (SCLS revised version) yang dibuat oleh R.W Tafarodi dan W.B Swann Jr. (Tafarodi & Swann, 2001). Alat ukur ini mengukur Self Esteem ke dalam dua dimensi yang terbagi menjadi Self Competence dan Self Liking. Subjek terbagi ke dalam 2 kelompok yang berjumlah 124 orang yang merupakan pengguna Friendster dan 696 orang yang tidak menggunakan Friendster. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan Self Competence dan Self Liking antara pengguna Friendster dan bukan pengguna Friendster. |