PT. Dharma Satya Nusantara yang berlokasi di daerah Bekasi yang merupakan salah satu perusahaan bare core diantara banyaknya perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan kayu, dapat merasakan ketatnya persaingan dalam mendapatkan hati konsumen dalam hal ini konsumen luar negeri. Oleh karenanya, sekarang ini PT. DSN sedang berupaya memperbaiki kualitas produk perusahaannya karena saat ini produk cacat yang dihasilkan tidak sesuai standar yang telah ditetapkan dan juga perusahaan belum mengidentifikasikan biaya yang akibat menghasilkan produl cacat.Oleh karenanya kita harus mengetahui kegiatan kualitas yang dilakukan perusahaan dan juga mengidentifikasikan dan menentukan elemen-elemen biaya kualitas yang berhubungan dengan manufaktur berdasarkan aktivitas yang dilakukan dalam proses produksi lalu menganalisis biaya kualitas yang ada agar dapat menurunkan biaya kualitas dan juga meningkatkan kualitas produk. Di sini, kita akan melakukan evaluasi terhadap biaya kualitas, yaitu biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan produk yang dapat diterima konsumen, dan mencari faktor yang paling berpengaruh terhadap biaya kualitas tersebut agar didapat kemungkinan untuk reduksi biaya. Biaya kualitas mengidentifikasikan peluang untuk peningkatan kualitas dan membangun prioritas melalui analisa Pareto dan FMEA untuk mendapatkan solusi perbaikan terhadap masalah cacat produk. Setelah itu biaya kualitas per unit produksi yang didapat dibandingkan dengan harga pokok produksi yang di dapat dari perhitungan, dengan itu kita dapat mengetahui seberapa besar biaya kualitas terhadap harga pokok produksi. Tugas akhir ini memperkenalkan program biaya kualitas dalam proses manufaktur bare core di PT. Dharma Satya Nusantara, Bekasi. Proses definisi, identikasi, pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan biaya kualitas menunjukan bagian terbesar dalam biaya kualitas, yaitu biaya kegagalan internal, khususnya biaya pengerjaan ulang. Biaya kualitas rata-rata dalam 3 bulan terakhir PT Dharma Satya Nusantara sebesar RP.68.808.072,- dan harga pokok produksi sebesar Rp. 593.543.671,-. Setelah dilakukan penghitungan terhadap harga pokok produksi maka didapat bahwa biaya kualitas sebesar 11,70 % dari harga pokok produksi. Pada bagian inilah tugas utama peningkatan kualitas harus pertama-tama dilakukan, yakni system inspeksi. Tugas akhir ini menjelaskan biaya kualitas sebagai dasar evaluasi program kualitas dalam hal biaya, peningkatan profit, dan keuntungan lainnya bagi pabrik dan perusahaan. |