Anda belum login :: 26 Nov 2024 23:58 WIB
Home
|
Logon
Hidden
»
Administration
»
Collection Detail
Detail
PERANAN METODE STERILISASI DAN ZAT PENGATUR TUMBUH PADA PENGEMBANGAN TEKNIK KULTUR TUNAS PUCUK TANAMAN TEBU
Bibliografi
Author:
Winarsih, Sri
;
Sugiyarta, Eka
(Co-Author)
Topik:
Tebu
;
kultur pucuk
;
browning
;
kloroks
;
zat pengatur tumbuh
Bahasa:
(ID )
Penerbit:
Perhimpunan Bioteknologi Pertanian Indonesia
Tempat Terbit:
Malang
Tahun Terbit:
2005
Jenis:
Article - lainnya
Fulltext:
Makalah Sri Winarsih.pdf
(34.88KB;
5 download
)
Abstract
Keuntungan pengembangan kultur tunas pucuk selain untuk perbanyakan
massal tanaman tebu, juga dapat menghasilkan bibit yang bebas penyakit sistemik.
Salah satu kendala dalam kultur pucuk adalah timbulnya pencoklatan (browning)
pada pucuk maupun pangkal eksplan. Penelitian yang bertujuan untuk mengurangi
pencoklatan eksplan menggunakan kloroks dan untuk mendapatkan komposisi media
yang sesuai untuk inisiasi, multiplikasi dan perakaran tunas telah dilakukan di
laboratorium kultur jaringan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI)
Pasuruan. Perlakuan untuk sterilisasi terdiri atas 6 konsentrasi kloroks yaitu: 0, 1, 2, 3,
4 dan 5 %. Pada kultur tunas pucuk, penelitian disusun menurut rancangan acak
lengkap dengan 5 perlakuan konsentrasi zat pengatur tumbuh pada tahap inisiasi dan
multiplikasi sebagai berikut: kontrol; kinetin 1 mg/l; kinetin 2 mg/l; BAP 1 mg/l dan
GA 0,1 mg/l; BAP 1 mg/l dan GA 1 mg/l. Pada tahap perakaran ada 5 perlakuan zat
pengatur tumbuh yaitu: kontrol, IAA 1 dan 2 mg/l serta NAA 1 dan 2 mg/l. Setiap
perlakuan diulang 6 kali.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi kloroks 4 % paling baik
untuk sterilisasi eksplan. Varietas PS 851 memberikan respon yang lebih baik
dibandingkan dengan PS 951 dengan jumlah eksplan segar masing- masing 60 dan 50
%. Pada media inisiasi perlakuan terbaik (jumlah tunas paling banyak) pada PS 851
dan PS 951 berturut-turut diperoleh pada perlakuan kinetin 1 mg/l dan kinetin 2 mg/l.
Pada media multiplikasi respon kedua varietas terhadap zat pengatur tumbuh yang
diuji berbeda. Jumlah tunas paling banyak pada PS 851 dan PS 951 diperoleh dari
perlakuan kinetin 2 mg/l (16 tunas/rumpun) dan BAP 1 mg/l + GA 1 mg/l (24
tunas/rumpun). Semakin banyak jumlahnya semakin pendek tunasnya. PS 951
memberikan respon lebih baik dibandingkan PS 851. Pada media perakaran NAA
lebih efektif dibandingkan dengan IAA. Respon PS 951 lebih baik dibandingkan PS
851 dengan jumlah akar per planlet pada perlakuan NAA 2 mg/l masing- masing 17
dan 22.
Opini Anda
Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!
Lihat Sejarah Pengadaan
Konversi Metadata
Kembali
Process time: 0.15625 second(s)