Kunyit merupakan salah satu bahan untuk obat-obatan, saat ini kebutuhan akan kunyit terus meningkat. Tanaman kunyit juga masih dilakukan oleh petani, secara tradisional. Pada saat kondisi panen biasanya petani kunyit kewalahan dalam pengolahannya. Sehingga kunyit biasanya di jual dalam bentuk masih berupa umbi-umbian. Hal ini sangat merugikan petani kunyit, karena harganya relatip murah. Kunyit untuk dapat digunakan sebagai obat-obatan atau jamu biasanya berbentuk bubuk atau tepung kunyit. Sehingga ada juga petani yang menjual kunyit dalam bentuk sudah kering atau dalam bentuk bubuk. Namun pengeringan kunyit yang dilakukan oleh petani biasanya dilakukan secara tradisional, yaitu mengandalkan panas dari matahari. Sehingga pengeringan tersebut sangat tergantung pada cuaca. Kondisi ini menjadi kendala jika pengeringan di lakukan dalam volume yang besar. Untuk meningkatkan pendapatan petani kunyit, maka perlu dirancang atau dibuat peralatan pengering kunyit dengan bahan baka rminyak tanah atau briket batubara. Sehingga pengeringan kunyit dapat dilakukan secara kontinyu maupun dalam volume sesuai kebutuhan. Dalam tugas akhir telah dilaukan percobaan penggunaan bahan bakar minyak tanah dan briket batubara dalam pengeringan ranjangan kunyit. Dari hasil percobaan di peroleh data, untuk mencapai temperatur yang diinginkan atau temperatur yang ideal dalam pengeringan yaitu 80 oC. Dimana minyak tanah memerlukan waktu hanya 2 jam, sedangkan briket batubara memerlukan waktu 3 jam. Dari segi biaya penggunaan kedua bahan bakar ini, yaitu minyak tanah dan briket kokas tidak jauh berbeda dalam waktu untuk pencapaian temperatur yang diinginkan, yaitu minyak tanah memerlukan biaya Rp 3.360,- sedangkan briket batu bara Rp 3.280,-. |